10 Jenis Wewaran dalam Penanggalan Tradisional Bali, dari Ekawara hingga Dasawara, Lengkap Urip dan Arah

Author:
Share

Bali dikenal memiliki sistem penanggalan tradisional yang unik dan sangat berbeda dari sistem kalender Masehi.

Salah satu ciri khas dari sistem ini adalah penghitungan hari yang dimulai dari pukul 06.00 pagi hingga 06.00 pagi keesokan harinya.

Ini berbanding terbalik dengan kalender Masehi yang menghitung awal hari pada pukul 00.00 tengah malam.

Dalam satu hari, sistem kalender Bali mengenal konsep wewaran, yaitu siklus hari yang terbagi menjadi beberapa jenis mulai dari Eka Wara (satu hari) hingga Dasa Wara (sepuluh hari).

Sistem ini berputar secara terus-menerus dalam siklus tertentu, membentuk pola waktu yang kompleks namun teratur.

Menurut artikel “Pengembangan Aplikasi Kalender Saka Bali pada Sistem Operasi Machintos” karya I Putu Cahya Prawira, Gusti Made Arya Sasmita, dan I Putu Agung Bayupati dalam Jurnal Merpati Vol. 3 No. 2 (Agustus 2015), sebelum abad ke-10 Masehi di Bali belum ditemukan istilah wewaran.

Saat itu, yang dikenal hanyalah penanggal, panglong, dan sasih, yang ditulis dalam Bahasa Sansekerta dan Bali Kuno.

Namun, pada masa pemerintahan Ratu Gunapriyadharmapatni (Mahendradatta) bersama suaminya, Raja Darma Udayana Warmadewa, sekitar tahun 989–1001 Masehi, istilah wewaran mulai disebutkan dalam prasasti berbahasa Jawa Kuna.

Istilah “wewaran” sendiri berasal dari kata “wara” yang berarti hari.

Lebih lanjut, sebagaimana dikutip dari babadbali.com, wewaran dipahami sebagai ritme hari.

Dijelaskan bahwa alam semesta memiliki denyut ritmis dengan frekuensi berbeda-beda, mulai dari siklus harian seperti Eka Wara hingga siklus sepuluh harian atau Dasa Wara.

Setiap wewaran dipercaya membawa karakter dan pengaruh tertentu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.

Wewaran juga dianggap sebagai bagian dari pawukon, yakni sistem kalender 210 hari yang lebih besar dan mendalam.

Dalam konteks ini, wewaran merupakan gelombang minor dari pawukon.

BACA JUGA  Upacara Satu Oton untuk Bayi dalam Tradisi Hindu Bali, Ini Makna, Fungsi, dan Pelaksanaannya

Artinya, meskipun wewaran memiliki makna tersendiri, sifat dan pengaruhnya tetap lebih kecil dibandingkan apa yang ditentukan oleh pawukon.

Untuk menafsirkan nilai atau makna dari masing-masing hari dalam siklus wewaran, masyarakat Bali menggunakan konsep urip atau neptu—nilai angka yang diberikan pada hari-hari tertentu untuk keperluan spiritual, perhitungan hari baik, dan kegiatan adat.

Sistem wewaran adalah salah satu warisan budaya Bali yang tidak hanya berfungsi sebagai penanda waktu, tetapi juga sebagai panduan hidup yang harmonis dengan alam semesta.

Ada 10 jenis wewaran atau ritme hari, yaitu sebagai berikut.

Ekawara

  • Luang (tunggal, kosong) memiliki urip 1. Dewatanya Sanghyang Taya, dan letaknya di barat laut.

Dwiwara

  • Menga (terbuka) memiliki urip 5. Dewatanya Sanghyang Kalima, dan letaknya di timur.
    -Pepet (tertutup) memiliki urip 4. Dewatanya Sanghyang Timira, dan letaknya di utara.

Triwara

  • Pasah atau Dora (tersisih) memiliki urip 9. Dewatanya Sanghyang Cika, dan letaknya di selatan.
  • Beteng atau Waya (Makmur) memiliki urip 4. Dewatanya Sanghyang Wacika, dan letaknya di utara.
  • Kajeng atau Biantara (tenakan yang tajam) memiliki urip 7. Dewatanya Sanghyang Manacika, dan letaknya di Barat.

Caturwara

  • Sri (kemakmuran) memiliki urip 6. Dewatanya Bagawan Bregu, dan letaknya di timur laut
  • Laba (berhasil atau pemberian) memiliki urip 5. Dewatanya Bagawan Kanwa, dan letaknya di barat daya.
  • Jaya (unggul) memiliki urip 1. Dewatanya Bagawan Janaka, dan letaknya di barat laut.
  • Menala (lingkungan) memiliki urip 8. Dewatanya Bagawan Narada, dan letaknya di tenggara.

Pancawara

  • Umanis memiliki urip 5. Dewatanya Sanghyang Iswara, dan letaknya di timur.
  • Paing memiliki urip 9. Dewatanya Sanghyang Brahma, dan letaknya di selatan.
  • Pon memiliki urip 7. Dewatanya Sanghyang Mahadewa, dan letaknya di barat.
  • Wage memiliki urip 4. Dewatanya Sanghyang Wisnu, dan letaknya di utara.
  • Kliwon memiliki urip 8. Dewatanya Sanghyang Siwa, dan letaknya di tengah.
BACA JUGA  Sejarah Desa Bunutan Karangasem, Dulu Merupakan Kawasan Rawa-rawa dan Dianggap Angker

Sadwara

  • Tungleh (bohong, sementara) memiliki urip 7. Dewatanya Sanghyang Indra, dan letaknya di barat.
  • Aryang (lupa, kurus) memiliki urip 6. Dewatanya Sanghyang Baruna, dan letaknya di timur laut.
  • Urukung (ceroboh, punah) memiliki urip 5. Dewatanya Sanghyang Kuwera, dan letaknya di timur.
  • Paniron (palsu, gemuk) memiliki urip 8. Dewatanya Sanghyang Bayu, dan letaknya di tenggara.
  • Was (kekhawatiran, kesembuhan) memiliki urip 9. Dewatanya Sanghyang Bajra, dan letaknya di selatan.
  • Maulu (pitam) memiliki urip 3. Dewatanya Sanghyang Erawan, dan letaknya di barat daya.

Saptawara

  • Redite (Minggu) memiliki urip 5. Dewatanya Sanghyang Baskara, dan letaknya di timur.
  • Soma (Senin) memiliki urip 4. Dewatanya Sanghyang Candra, dan letaknya di utara.
  • Anggara (Selasa) memiliki urip 3. Dewatanya Sanghyang Angkara, dan letaknya di barat daya.
  • Buda (Rabu) memiliki urip 7. Dewatanya Sanghyang Udara, dan letaknya di barat.
  • Wraspati (Kamis) memiliki urip 8. Dewatanya Sanghyang Sukra Guru, dan letaknya di tenggara.
  • Sukra (Jumat) memiliki urip 6. Dewatanya Sanghyang Bregu, dan letaknya di timur laut.
  • Saniscara (Sabtu) memiliki urip 9. Dewatanya Sanghyang Wasu, dan letaknya di selatan.

Astawara

  • Sri (makmur dan pengatur) memiliki urip 6. Dewatanya Sanghyang Sri, dan letaknya di timur laut.
  • Indra (indah dan penggerak) memiliki urip 5. Dewatanya Sanghyang Indra, dan letaknya di timur.
  • Guru (tuntunan) memiliki urip 8. Dewatanya Sanghyang Guru, dan letaknya di tenggara.
  • Yama (adil) memiliki urip 9. Dewatanya Sanghyang Yama, dan letaknya di selatan.
  • Ludra (peleburan) memiliki urip 3. Dewatanya Sanghyang Ludra, dan letaknya di barat daya.
  • Brahma (pencipta) memiliki urip 7. Dewatanya Sanghyang Brahma, dan letaknya di barat.
  • Kala (nilai dan peneliti) memiliki urip 1. Dewatanya Sanghyang Kala, dan letaknya di barat laut.
  • Uma (pemelihara) memiliki urip 4. Dewatanya Sanghyang Uma, dan letaknya di utara.
BACA JUGA  Amor Ing Acintya, Nengah Suarni Meninggal Tertimpa Tiang Listrik Roboh di Karangasem

Sangawara

  • Dangu memiliki urip 5. Dewatanya Sanghyang Iswara, dan letaknya di timur.
  • Jangur memiliki urip 8. Dewatanya Sanghyang Maheswara, dan letaknya di tenggara.
  • Gigis memiliki urip 9. Dewatanya Sanghyang Brahma, dan letaknya di selatan.
  • Nohan memiliki urip 3. Dewatanya Sanghyang Rudra, dan letaknya di barat daya.
  • Ogan memiliki urip 7. Dewatanya Sanghyang Mahadewa, dan letaknya di barat.
  • Erangan memiliki urip 1. Dewatanya Sanghyang Sangkara, dan letaknya di barat laut.
  • Urungan memiliki urip 4. Dewatanya Sanghyang Wisnu, dan letaknya di utara.
  • Tulus memiliki urip 6. Dewatanya Sanghyang Sambu, dan letaknya di timur laut.
  • Dadi memiliki urip 8. Dewatanya Sanghyang Siwa, dan letaknya di tengah.

Dasawara

  • Pandita memiliki urip 5. Dewatanya Sanghyang Surya, dan letaknya di timur.
  • Pati memiliki urip 7. Dewatanya Sanghyang Kala Mertyu, dan letaknya di barat.
  • Suka memiliki urip 10. Dewatanya Sanghyang Semara, dan letaknya di atas.
  • Duka memiliki urip 4. Dewatanya Sanghyang Durga, dan letaknya di utara.
  • Sri memiliki urip 6. Dewatanya Sanghyang Amerta, dan letaknya di timur laut.
  • Manuh memiliki urip 2. Dewatanya Sanghyang Kala Lupa, dan letaknya di bawah.
  • Manusa memiliki urip 3. Dewatanya Sanghyang Suksam, dan letaknya di barat daya.
  • Raja memiliki urip 8. Dewatanya Sanghyang Kala Ngis, dan letaknya di tenggara.
  • Dewa memiliki urip 9. Dewatanya Sanghyang Darma, dan letaknya di selatan.
  • Raksasa memiliki urip 1. Dewatanya Sanghyang Maha Kala, dan letaknya di barat laut. (TB)

Sumber gambar: pixabay.com

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!