![]() |
kolase YouTube Julian Petroulas |
Julian Petroulas, seorang warga negara Australia, menjadi sorotan setelah mengungkapkan kepemilikan tanah seluas 1,1 hektare di kawasan Canggu, Bali. Dalam video YouTube yang diunggah pada Juni 2024, Julian memamerkan tanah tersebut sebagai bagian dari investasi besarnya di sektor properti dan pariwisata Bali.
Julian mengungkapkan bahwa Bali merupakan pilihan strategis untuk berinvestasi karena potensinya yang besar sebagai destinasi wisata global. “Saya mulai berinvestasi di sini beberapa tahun lalu karena peluangnya luar biasa,” ujarnya dalam video tersebut. Ia menyebut pembelian tanah itu sebagai langkah terbesar dalam hidupnya, yang menjadi bagian dari portofolio propertinya sejak 2016.
Rencana Julian untuk tanah tersebut cukup ambisius, mencakup pembangunan klub malam, vila, hotel, hingga lapangan tempat gym. Lokasi tanah yang dikelilingi zona hijau dan pemandangan alam dinilainya strategis untuk menarik wisatawan. “Lahan ini memiliki potensi besar dengan lingkungan yang indah,” katanya.
Meski Julian memuji Bali sebagai tempat terbaik untuk membangun bisnis, klaimnya justru memicu kontroversi. Sebagian masyarakat mempertanyakan bagaimana WNA bisa memiliki lahan di Bali, mengingat aturan ketat tentang kepemilikan tanah oleh asing di Indonesia.
Selain itu, rencana pembangunan fasilitas seperti klub malam dan gym di area tersebut menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap budaya dan lingkungan lokal. Apalagi, lokasi tanah yang ia klaim berdekatan dengan sebuah pura, yang dianggap sakral oleh masyarakat Bali.
Julian bukan satu-satunya investor asing yang melihat Bali sebagai surga bisnis. Banyak warga asing telah membeli atau menyewa properti di pulau ini, memanfaatkan tingginya kunjungan wisatawan. Namun, investasi semacam ini kerap mendapat kritik, terutama jika dianggap melanggar aturan atau mengabaikan nilai-nilai lokal.
Julian juga memiliki restoran besar bernama Penny Lane Bali di Canggu, yang menjadi bagian dari upayanya memperluas bisnis.
Kisah Julian memunculkan diskusi tentang bagaimana Bali menghadapi lonjakan investasi asing. Di satu sisi, ini dapat menjadi peluang ekonomi yang besar, tetapi di sisi lain, ada risiko terhadap keberlanjutan lingkungan, budaya, dan akses masyarakat lokal. Warga lokal Bali pun kalah saing. (TB)