![]() |
Sumber: Coco Group Bali |
I Nengah Natyanta, sosok pengusaha sukses asal Desa Sidemen, Karangasem, Bali, adalah pendiri Coco Group, salah satu ritel terbesar di Bali di bawah naungan PT. Bali Pawiwahan. Kesuksesan yang diraihnya saat ini berawal dari tekad untuk mengubah nasib, meskipun ia berasal dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya, seorang petani dan pedagang desa, berjuang keras menghidupi lima anak di tengah keterbatasan ekonomi.
Perjalanan Natyanta menjadi seorang pengusaha dimulai setelah ia lulus dari Balai Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata (BPLP), kini dikenal sebagai Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali, pada tahun 1992. Dengan pendidikan diploma di bidang pariwisata, ia diterima bekerja di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, sebagai tukang cuci piring. Selama 12 tahun bekerja di hotel bintang lima itu, Natyanta menunjukkan dedikasi tinggi, memulai kariernya sebagai steward dan kemudian diangkat menjadi head waiter. Pengalaman tersebut membentuk mental dan keterampilannya untuk menghadapi tantangan hidup.
Namun, jiwa bisnisnya mulai tumbuh ketika ia mencoba usaha kecil-kecilan di sela-sela pekerjaannya. Pada tahun 1998, ia membuka usaha pakaian bermerek dengan modal Rp 15 juta di kawasan Bali Collection, Nusa Dua. Kesuksesan bisnis tersebut membawanya untuk membuka restoran bernama Coco Bistro pada tahun 2000. Sayangnya, serangan Bom Bali II pada tahun 2005 membuat usaha restorannya terpukul. Meskipun begitu, Natyanta tidak menyerah.
Pada tahun 2006, ia memutuskan berhenti bekerja di hotel untuk fokus membangun toko sembako kecil di Jalan Taman Griya, Nusa Dua, yang kemudian berkembang menjadi Coco Mart. Dengan kerja keras dan keberanian mengambil risiko, bisnis ini terus tumbuh hingga memiliki lebih dari 124 gerai yang tersebar di Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), mempekerjakan ribuan karyawan.
Kehidupan Natyanta penuh liku, terutama setelah kehilangan ayahnya akibat gigitan ular saat ia masih remaja. Kehilangan tersebut sempat mengguncangnya, hingga ia terseret ke dalam aktivitas negatif seperti judi. Namun, dukungan dari ibunya yang bekerja keras sebagai penjual kain songket membuatnya bangkit dan melanjutkan pendidikan. Setelah lulus, ia memulai perjalanan untuk menggapai mimpinya.
Kini, Natyanta tidak hanya mengelola bisnis ritel, tetapi juga memperluas usahanya ke sektor restoran dan perhotelan. Bagi pria yang lahir pada 31 Januari 1970 ini, kunci kesuksesan adalah keberanian dan tekad yang kuat. Ia membuktikan bahwa latar belakang bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan, asalkan disertai dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah. Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang ingin merintis usaha dari nol. (TB)