Desa Pesaban, yang terletak di ujung Kabupaten Karangasem, Bali, tepatnya Kecamatan Rendang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Klungkung di bagian selatan, memiliki sejarah panjang dan penuh makna. Desa ini kini dikenal sebagai kawasan dengan potensi wisata yang memerlukan perhatian lebih.
Pada era 1990-an, Pesaban mencapai puncak kejayaan pariwisatanya melalui Bukit Jambul Restaurant dan Puri Boga Restaurant, yang menjadi daya tarik utama kala itu. Secara administratif, Desa Pesaban terbagi menjadi satu desa dinas dan satu desa adat, yang mengelola pemerintahan serta aspek demografi secara harmonis.
Menurut Buku Eka Ilikita dan penuturan sesepuh desa, sejarah Desa Pesaban lahir dari penggabungan tiga desa tua yang kini sudah menyatu menjadi satu kesatuan. Ketiga desa tersebut adalah Desa Kedangkan, Desa Kwanji, dan Desa Saban. Jejak sejarah ketiga desa ini masih dapat dilihat dari keberadaan tiga pura utama, yaitu:
- Pura Dalem Kedangkan: Dahulu berada di wilayah Dangkan, kini telah dipindahkan ke area dekat Pura Puseh Desa Pesaban.
- Pura Dalem Suci: Merupakan peninggalan Desa Kwanji.
- Pura Dalem Kaling: Berasal dari Desa Saban.
Perebutan Wilayah oleh Kerajaan Karangasem dan Nyalian
Ketiga desa tua tersebut pernah menjadi medan perebutan kekuasaan antara Kerajaan Karangasem dan Kerajaan Nyalian. Tentara Kerajaan Karangasem berhasil mempertahankan wilayah ini dari serangan Kerajaan Nyalian selama bertahun-tahun.
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah ini adalah penggunaan keris pusaka oleh seorang punggawa Kerajaan Nyalian. Keris tersebut diyakini memiliki kekuatan untuk menaklukkan desa-desa ini.
Melalui perjanjian dengan pihak Karangasem, punggawa Nyalian memulai serangan. Namun, informasi tentang serangan tersebut bocor, sehingga warga ketiga desa melarikan diri sebelum pertempuran dimulai. Akibatnya, Kerajaan Nyalian dengan mudah menguasai wilayah tersebut.
Setelah kemenangan ini, para perwira perang mengadakan rapat atau pesamuan untuk menyatukan ketiga desa menjadi satu, yang kemudian dinamakan Desa Pesaban. Nama “Pesaban” berasal dari kata “Saba,” yang berarti rapat atau musyawarah, sebagai simbol persatuan melalui dialog.
Keris pusaka yang dulu menjadi senjata dalam penyerangan kini menjadi bagian penting dari tradisi spiritual Desa Pesaban. Hingga saat ini, keris tersebut disakralkan dan dihormati oleh masyarakat desa sebagai warisan leluhur.
Sebelum tahun 1991, Desa Pesaban merupakan bagian dari Desa Nongan dan berstatus sebagai banjar. Proses pemekaran dimulai pada tahun 1989, ketika Banjar Pesaban ditetapkan sebagai Desa Persiapan melalui Keputusan Gubernur Bali. Akhirnya, pada 28 Oktober 1991, Desa Pesaban resmi berdiri sebagai desa definitif berdasarkan Keputusan Gubernur Ida Bagus Oka.
Secara administratif, Desa Pesaban memiliki kode wilayah 51.07.01.2006 dengan luas wilayah 3,8 km². Wilayah desa ini mencakup empat banjar, yaitu:
- Banjar Pesaban Kaler
- Banjar Pesaban Kangin
- Banjar Pesaban Kawan
- Banjar Pesaban Pengejeroan
Adapun batas-batas Desa Pesaban adalah:
- Utara: Desa Nongan
- Timur: Sungai Telagawaja
- Selatan: Desa Selat Klungkung
- Barat: Sungai Jinah
Penutup
Sejarah Desa Pesaban mencerminkan perjalanan panjang dari masa perebutan kekuasaan hingga pembentukan identitas administratif yang kuat. Warisan budaya, seperti pura dan keris pusaka, menjadi pengingat akan akar leluhur yang menyatukan masyarakatnya hingga kini. Pesaban tidak hanya menyimpan sejarah yang kaya, tetapi juga potensi besar untuk terus berkembang sebagai destinasi wisata dan kawasan budaya di Karangasem. (TB)