Hidup diibaratkan roda yang terus berputar; kadang di atas, kadang di bawah. Begitu pula kisah perjalanan Ajik Krisna, seorang pengusaha sukses yang mengawali hidup dari kesederhanaan hingga mampu membangun pusat oleh-oleh terbesar di Bali, Krisna Oleh-Oleh. Toko ini menjadi tujuan utama wisatawan yang mencari buah tangan, mulai dari makanan, kerajinan tangan, hingga produk spa. Namun, perjalanan menuju puncak tidaklah mudah.
Ajik Krisna, bernama lengkap Gusti Ngurah Anom, lahir pada 5 Maret 1971 di Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali. Sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara, ia tumbuh dalam keluarga petani sederhana. Ibunya, Made Taman, berjuang keras menghidupi keluarganya.
Meski dikenal hiperaktif dan berwatak keras, masa kecil Anom penuh dengan kenakalan yang membuatnya kerap dianggap “biang masalah” di sekolah. Namun, di balik itu, ia selalu naik kelas dan berhasil menyelesaikan pendidikan dasar hingga SMP.
Setelah lulus SMP, keinginannya melanjutkan sekolah ke jenjang SMA pupus akibat keterbatasan ekonomi keluarga. Ayahnya menyatakan bahwa biaya sekolah tidak mencukupi. Rasa kecewa dan marah mendorong Anom untuk pergi dari rumah, menumpang truk menuju Denpasar.
Tiba di Denpasar, Anom berjuang seorang diri. Ia bertahan hidup dengan minum air sungai dan beristirahat di gardu pos satpam Hotel Rani di Sanur. Untuk mendapatkan perhatian, ia mulai membersihkan taman sekitar dan memungut sampah.
Usahanya ini tidak sia-sia, pemilik hotel memberikan izin kepadanya untuk menetap di pos satpam dengan syarat menjaga kebersihan dan keamanan.
Anom memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mencuci mobil tamu hotel. Penghasilannya saat itu tergolong lumayan, cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, akibat penyakit rematik karena terlalu sering bekerja di air, ia terpaksa berhenti setelah dua tahun bekerja.
Anom kemudian menumpang di rumah pamannya yang memiliki usaha konveksi kecil-kecilan. Di sana, ia bertemu Ketut Mastrining, gadis asal Buleleng yang kemudian menjadi istrinya. Anom juga mendapat pekerjaan di Konveksi Sidharta sebagai karyawan lapangan. Berkat kegigihannya, ia mulai merintis usaha sendiri, yang diberi nama Cok Konveksi.
Usahanya berkembang pesat, menerima pesanan dari berbagai hotel dan pabrik garmen di Bali. Keberhasilan ini menjadi batu loncatan untuk memulai usaha yang lebih besar. Pada tahun 1992, ia membuka toko baju kaos di Jalan Nusa Indah, Denpasar, yang kemudian dikenal luas.
Pada 16 Mei 2007, Ajik Krisna mendirikan pusat oleh-oleh pertama, Krisna Oleh-Oleh Khas Bali, di Jalan Nusa Indah, Denpasar. Outlet kedua diresmikan setahun kemudian di Jalan Nusa Kambangan, Denpasar. Kesuksesan ini berlanjut dengan pembukaan cabang di Sunset Road, Kuta, pada 2009. Bahkan, pada tahun 2010, ia meluncurkan Krisna Oleh-Oleh dengan konsep buka 24 jam.
Ajik Krisna terus melebarkan usahanya, termasuk membuka Krisna Funtastic Land di Buleleng, tempat kelahirannya. Kini, Krisna Oleh-Oleh tidak hanya menjadi ikon Bali, tetapi juga simbol kerja keras dan dedikasi.
Selain menjalankan bisnis, Ajik Krisna aktif membina usaha kecil menengah. Salah satu contohnya adalah Ngurah Padma Wisnu, yang berhasil mengembangkan bisnis dengan dukungannya. Dari seorang anak desa dengan segala keterbatasan, Ajik Krisna membuktikan bahwa kerja keras dan keberanian untuk bermimpi dapat mengubah nasib. (TB)