Sejarah Desa Ngis, Manggis Karangasem, Dulu Hutan Belantara

Author:
Share

Desa Ngis merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Berdasarkan data tahun 2016, penduduk desa ini berjumlah 2.356 jiwa, terdiri dari 1.199 laki-laki dan 1.157 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 103.  

Kisah sejarah Desa Ngis dimulai jauh sebelum tahun Çaka 1068, ketika wilayah ini masih berupa hutan belantara. Sejarah mencatat bahwa pada tahun tersebut, Dalem Gelgel mengutus I Made Pasek Mas, keturunan dari Ki Pasek Agung Gelgel, untuk mencari pemukiman baru. 

Dengan membawa sekitar 40 pengikut, rombongan ini meninggalkan Swecapura (Gelgel) dan bergerak menuju timur laut Bali.  

Perjalanan mereka membawa mereka ke Desa Pekarangan, sebelum melanjutkan perjalanan ke utara hingga mencapai sungai yang dikelilingi tanaman sembung. Sungai ini kemudian diberi nama Tukad Sembung. 

Petualangan mereka pun berlanjut ke sebuah hutan lebat yang dikenal sebagai Alas Nges, yang kelak menjadi asal usul nama Desa Ngis.  

Di tengah perjalanan, rombongan menemukan mata air jernih yang dinamai Yehinem, yang berarti “air minum.” Penemuan ini menjadi sumber kehidupan yang sangat berharga bagi mereka yang kehausan. 

Selain itu, mereka juga menemukan sumur yang diberi nama Pura Sumuh, tempat pemujaan yang hingga kini tetap digunakan oleh masyarakat setempat.  

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan hingga mencapai batas Desa Tenganan dan menetapkan beberapa titik penting seperti Batu Ngandang dan Batu Gede. 

Di dekat Batu Gede, mereka menemukan hutan yang dipenuhi pohon ubi, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi rombongan. Daerah tersebut kini dikenal sebagai Pura Biaung.  

Setelah sampai di lereng bukit yang kini dikenal sebagai Bukit Umbal, I Made Pasek Mas merasa puas dengan kerja keras rombongan dalam membuka hutan. Bukit tersebut menjadi lokasi didirikannya tempat suci bernama Pucak Sari. Dengan berkembangnya kawasan tersebut, komunitas adat mulai dibentuk.  

Desa Pakraman Ngis pun terbentuk dengan 55 kepala keluarga pertama sebagai pemimpin awal. Setiap keluarga diberikan lima cutak tanah yang hanya boleh digadaikan untuk kebutuhan yadnya, bukan untuk diperjualbelikan. Selain itu, aturan adat seperti urunan dan pertemuan bulanan pada hari Purnama nemu kajeng juga diterapkan untuk menjaga keharmonisan antarwarga.  

Nama Desa Ngis yang berasal dari Alas Nges menjadi simbol perjuangan dan dedikasi para leluhur dalam membangun komunitas yang harmonis. Dari hutan belantara yang penuh tantangan, Desa Ngis kini berkembang menjadi pusat adat yang makmur dengan tradisi dan nilai budaya yang tetap terjaga. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!