![]() |
Istimewa |
Pura Kerti Bhuana, yang juga dikenal sebagai Pura Way Lunik, merupakan salah satu pura terbesar di Provinsi Lampung. Pura ini terletak di Dusun Way Lunik, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, dan disungsung oleh hampir satu juta umat Hindu yang bermukim di daerah ini.
Dengan letaknya yang strategis di atas perbukitan dengan ketinggian 120 meter di atas permukaan laut, pura ini menawarkan pemandangan yang menakjubkan dan suasana yang sangat damai.
Pura Kerti Bhuana berdiri megah di pinggir ruas Jalan Bypass Soekarno-Hatta, menjadikannya mudah diakses oleh para pemedek dan wisatawan. Pura ini dibangun di atas lahan seluas 5.000 meter persegi dan dibagi menjadi tiga mandala yakni nista mandala, madya mandala, dan utama mandala.
Struktur dan Fasilitas Pura
Pada bagian nista mandala atau bagian terluar pura, terdapat bale kulkul setinggi 7 meter. Memasuki bagian madya mandala, pengunjung akan menemukan pelinggih Dewa Ganesha, yang dianggap sebagai Dewa Penghalang segala rintangan. Selain itu, di madya mandala juga terdapat bangunan yang menyerupai wantilan, tempat di mana berbagai kegiatan keagamaan dan sosial sering dilaksanakan.
Utama mandala merupakan bagian paling suci dari Pura Kerti Bhuana. Di sini terdapat bangunan utama yang digunakan untuk sembahyang dan upacara keagamaan. Keberadaan berbagai pelinggih dan patung dewa-dewa Hindu menjadikan tempat ini sangat sakral dan khusyuk bagi para pemedek.
Asal Usul dan Pembangunan Pura
Pura Kerti Bhuana dibangun pada tahun 1970 oleh umat Hindu yang transmigrasi ke Lampung, sebagian besar berasal dari Bali. Pada awalnya, lahan tempat pura ini berdiri merupakan milik perseorangan. Namun, dengan pertimbangan tertentu, lahan ini kemudian dihibahkan kepada umat Hindu di Provinsi Lampung untuk dijadikan tempat suci. Umat Hindu di Lampung mengganti lahan tersebut sesuai dengan kemampuan mereka dan mulai membangun pura ini secara swadaya.
Pura Kerti Bhuana mencerminkan aspek nyegara gunung, yaitu konsep harmonisasi antara gunung dan laut yang merupakan salah satu prinsip penting dalam kepercayaan Hindu. Lokasi pura yang berada di atas perbukitan dan dekat dengan laut membuatnya memenuhi aspek ini dengan sempurna.
Pujawali dan Kegiatan Keagamaan
Setiap Saniscara Kliwon Wuku Kuningan atau Hari Raya Kuningan, Pura Kerti Bhuana selalu dipenuhi oleh pemedek yang datang untuk bersembahyang dan mengikuti upacara pujawali. Piodalan, atau perayaan hari jadi pura, dilaksanakan setiap 210 hari dan jatuh pada hari yang sama dengan Hari Raya Kuningan.
Pelaksanaan piodalan ini dilakukan secara bergilir oleh Parisada kabupaten se-Provinsi Lampung dengan dibantu oleh Kota Bandar Lampung selaku pengempon pura.
Peran dan Status Pura Kerti Bhuana
Berdasarkan keputusan Loka Sabha pertama Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Lampung pada tanggal 30 Juni 1981, Pura Kerti Bhuana ditetapkan sebagai Pura Provinsi yang berfungsi sebagai pusat bagi umat Hindu se-Provinsi Lampung. Pura ini juga berfungsi sebagai pelinggih persimpangan Ida Batara dari Pura Besakih di Bali, menjadikannya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan spiritual umat Hindu di Lampung.
Pengembangan dan Dukungan Umat
Pada awal pembangunannya, Pura Kerti Bhuana hanya terdiri dari sebuah bangunan suci, yakni Padmasana yang terletak di utama mandala. Namun, berkat tekad dan usaha keras dari seluruh umat Hindu di Provinsi Lampung, pembangunan pura ini terus berkembang hingga mencapai bentuknya yang sekarang. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Gubernur Lampung pada saat itu, Yasir Adibroto, yang turut meninjau pembangunan pada tanggal 15 Oktober 1980, juga sangat berperan dalam perkembangan pura ini.
Penutup
Pura Kerti Bhuana bukan hanya merupakan tempat suci bagi umat Hindu di Provinsi Lampung, tetapi juga simbol kekuatan iman dan kebersamaan umat Hindu dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya dan spiritual mereka.
Dengan keindahan alamnya yang memukau dan suasana yang menenangkan, Pura Kerti Bhuana menjadi tempat yang ideal untuk bersembahyang, bermeditasi, dan mencari ketenangan batin. Melalui berbagai upacara dan kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan, pura ini terus memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual umat Hindu di Lampung. (TB)