Konspirasi Media Sosial, Bagaimana Platform Menargetkan Gen Z?

Author:
Share
pixabay.com

Pagi itu, kota masih basah oleh embun yang belum menguap, dan sinar matahari menerobos perlahan melalui celah-celah gedung. Di sebuah kedai kopi yang penuh dengan aroma kafein yang menggoda, Jimmy duduk sambil menatap layar ponselnya. Sebagai bagian dari Generasi Z, dia tumbuh dalam era digital yang penuh dengan janji dan jebakan. Di sanalah, di dunia maya yang tak berbatas, teori konspirasi tentang media sosial dan bagaimana mereka menargetkan generasinya mulai muncul.

“Apakah kamu pernah merasa seperti selalu diawasi?” tanya Jimmy kepada temannya, Claire, yang duduk di seberang meja. Claire mengangguk, matanya masih terpaku pada layar ponselnya.

“Aku membaca tentang itu kemarin,” kata Claire. “Ada yang bilang algoritma media sosial sebenarnya dirancang untuk mengendalikan kita.”

Teori konspirasi tentang media sosial bukanlah hal baru, tetapi di era Gen Z, teori ini berkembang dengan kecepatan yang sama dengan teknologi itu sendiri. Di balik layar aplikasi yang tampaknya ramah dan menyenangkan, ada kekuatan besar yang bermain, menarik benang-benang tak terlihat yang mengendalikan hidup banyak orang muda.

Di jantung teori ini adalah algoritma. Algoritma, kata yang terdengar asing bagi banyak orang, namun memiliki pengaruh yang sangat besar. Algoritma adalah otak di balik semua platform media sosial, dari Instagram hingga TikTok, yang menentukan apa yang kita lihat, kapan kita melihatnya, dan seberapa sering itu muncul di layar kita. Bagi banyak orang, ini tampak seperti keajaiban teknologi, tetapi bagi yang lain, ini adalah alat kontrol yang halus.

“Bukan hanya tentang apa yang kita suka, tapi apa yang mereka ingin kita suka,” kata Profesor Allen, seorang pakar teknologi dari universitas terkemuka. “Algoritma ini didesain untuk mempelajari kita, memahami kebiasaan kita, dan kemudian memanipulasi perilaku kita.”

Bagi Gen Z, yang tumbuh dengan ponsel pintar di tangan mereka, ini adalah kenyataan yang menakutkan. Setiap like, share, dan komentar mereka dicatat, dianalisis, dan digunakan untuk membuat profil yang sangat detail tentang siapa mereka. Dengan profil ini, platform media sosial dapat menargetkan mereka dengan iklan, konten, dan bahkan ideologi tertentu.

Namun, ada yang lebih dari sekadar iklan yang mengganggu. Ada kekhawatiran bahwa media sosial digunakan untuk menyebarkan informasi yang menyesatkan dan memecah belah masyarakat. Di era di mana berita palsu dapat menyebar lebih cepat daripada kebenaran, ini adalah ancaman yang sangat nyata.

“Mereka tahu apa yang kita pikirkan, dan mereka tahu bagaimana mengubah apa yang kita pikirkan,” lanjut Profesor Allen. “Ini bukan lagi tentang menjual produk, tetapi tentang mengendalikan narasi.”

Tetapi apakah ini benar-benar sebuah konspirasi, atau hanya cara kerja dunia digital? Bagi Jimmy dan Claire, jawabannya mungkin terletak di antara keduanya. Mereka adalah generasi yang cerdas, skeptis, dan selalu mencari kebenaran di balik layar. Mereka tahu bahwa dunia digital adalah pedang bermata dua, menawarkan kemudahan dan keterhubungan, tetapi juga risiko dan manipulasi.

“Aku rasa kita harus lebih berhati-hati,” kata Claire akhirnya, matanya meninggalkan layar ponsel dan bertemu dengan tatapan Jimmy. “Kita harus memastikan bahwa kita yang mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya.”

Jimmy mengangguk setuju. Di dunia yang semakin terhubung, menjadi bijak dalam menggunakan media sosial adalah kunci. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menghindari teknologi, tetapi mereka bisa belajar untuk menggunakannya dengan lebih sadar dan kritis.

Dan di sanalah, di sudut kafe yang tenang itu, dua anggota Gen Z memutuskan untuk mengambil kendali. Di tengah gelombang informasi dan manipulasi, mereka bertekad untuk tetap berpikir kritis dan mempertahankan kebebasan mereka. Mereka tahu bahwa dunia digital penuh dengan misteri, tetapi mereka siap untuk menghadapi setiap tantangan yang datang.

Dengan keyakinan itu, Jimmy dan Claire meninggalkan kedai kopi, melangkah ke dunia yang penuh dengan cahaya matahari pagi. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka panjang, tetapi dengan setiap langkah, mereka mendekati kebenaran yang mereka cari. Di dunia yang terus berubah, mereka adalah generasi yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berjuang untuk masa depan yang lebih baik. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!