Penjelasan Wuku Wayang dalam Pawukon Bali, Makna dan Upacaranya

Author:
Share
pixabay.com
Wuku Wayang adalah wuku ke-27 dari 30 wuku yang terdapat dalam Penanggalan Pawukon, sistem kalender tradisional Bali dan Jawa. Dalam kepercayaan di Jawa, nama wuku Wayang ini diambil dari nama anak Prabu Watugunung dan Dewi Sinta yang ke-25. 
Kelahiran dalam Wuku Wayang diyakini berada di bawah perlindungan Dewi Sri, sosok penting dalam budaya Jawa yang dikenal sebagai dewi kesuburan dan kemakmuran.
Watak dan Ciri-Ciri Wuku Wayang
Mereka yang lahir pada Wuku Wayang memiliki sejumlah ciri dan watak khas, di antaranya.
– Pembawaan Jaya: Memiliki nasib yang baik dan cenderung berhasil dalam banyak hal.
– Kayu Cempaka dan Wedi: Melambangkan keberuntungan dan perlindungan.
– Burung Keker dan Siyung: Melambangkan ketajaman dan kecerdasan.
– Ternak Wiyung: Melambangkan kesejahteraan.
– Gedung Terkunci, Lumbung Berisi: Menunjukkan bahwa mereka cenderung hidup dalam keadaan aman dan berkecukupan.
Watak orang yang lahir pada Wuku Wayang juga dikenal halus dalam perintahnya, mudah pada awalnya namun sering berakhir sulit, Teliti, bakti, banyak rejeki, dan disenangi oleh orang banyak.
Kemudian Suka memamerkan pemberiannya, agak angkuh namun disukai oleh pembesar, dan suka berada di tempat sunyi, rahayu (selamat) dan memiliki banyak ilmu pengetahuan. Letak urip ini adalah di Utara dengan urip 4.
Keramatnya Wuku Wayang dan Upacara Pebayuhan
Wuku Wayang dianggap keramat oleh umat Hindu. Setiap enam bulan sekali, mereka yang lahir dalam wuku ini, mulai dari Redite (Minggu) Wuku Wayang hingga Tumpek Wayang (Sabtu Kliwon), dianjurkan untuk melakukan ruwatan khusus yang disebut “Pebayuhan”.
Upacara Sapuh Leger
Pebayuhan Sapuh Leger adalah upacara yang dilakukan untuk menetralisir hal-hal negatif bagi seseorang yang lahir pada Wuku Wayang. Umumnya, ruwatan atau pebayuhan ini dilakukan oleh seorang dalang dengan menggelar pementasan wayang yang sering disebut wayang sapuh leger. 
Dalam kepercayaan Hindu Bali, setelah menjalani pebayuhan sapuh leger, diyakini bahwa seseorang akan terbebas dari ala (kesialan) atau mala (bahaya).
Sastra kuno menyatakan bahwa siapa pun yang lahir di hari baik maupun buruk, jika dipelihara, dididik, dan berada di lingkungan yang baik, akan menjadi orang yang baik di masa depan.
Kesimpulan
Wuku Wayang memiliki makna penting dalam budaya dan kepercayaan Hindu Bali. Orang yang lahir pada wuku ini dianggap memiliki karakteristik khusus dan membutuhkan upacara pebayuhan untuk menetralisir pengaruh negatif. Dengan demikian, memahami dan menjalani tradisi ini menjadi bagian integral dari kehidupan spiritual umat Hindu yang lahir pada Wuku Wayang. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!