![]() |
pixabay.com |
Ingkel adalah salah satu konsep penting dalam kebudayaan Bali yang berhubungan dengan daftar pantangan yang harus dihindari pada periode tertentu. Setiap siklus ingkel berlangsung selama 42 hari, dengan masing-masing siklus berumur 7 hari.
Siklus ingkel terdiri dari enam kategori, masing-masing dengan pantangan spesifik yang harus dihindari selama periode tujuh hari. Berikut adalah penjelasan setiap ingkel beserta pantangannya:
1. Ingkel Wong
– Pantangan: Jangan menyakiti orang.
– Penjelasan: Ingkel Wong menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Selama periode ini, orang Bali diingatkan untuk menghindari segala bentuk tindakan yang dapat menyakiti atau merugikan orang lain. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan keharmonisan sosial dalam budaya Bali.
2. Ingkel Sato
– Pantangan: Jangan menyakiti ternak berkaki empat.
– Penjelasan: Ingkel Sato berfokus pada perlindungan terhadap hewan ternak berkaki empat seperti sapi, kerbau, dan kambing. Pantangan ini menekankan pentingnya menjaga kesejahteraan hewan ternak yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.
3. Ingkel Mina
– Pantangan: Jangan menyakiti ikan.
– Penjelasan: Dalam Ingkel Mina, masyarakat Bali diingatkan untuk tidak menyakiti ikan dan makhluk air lainnya. Ini menunjukkan kepedulian terhadap ekosistem air dan pentingnya menjaga keseimbangan alam.
4. Ingkel Manuk
– Pantangan: Jangan menyakiti unggas.
– Penjelasan: Ingkel Manuk mengharuskan masyarakat Bali untuk tidak menyakiti unggas seperti ayam dan burung. Ini menunjukkan penghormatan terhadap semua makhluk hidup dan keinginan untuk menjaga kesejahteraan mereka.
5. Ingkel Taru
– Pantangan: Jangan menyakiti atau menebang pohon atau kayu.
– Penjelasan: Ingkel Taru mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati. Pantangan ini melarang tindakan yang merusak pohon dan kayu, yang merupakan sumber kehidupan dan keseimbangan ekosistem.
6. Ingkel Buku
– Pantangan: Jangan menyakiti atau menebang segala tanaman yang beruas, seperti tebu, bambu, dan rotan.
– Penjelasan: Dalam Ingkel Buku, masyarakat Bali diingatkan untuk menjaga tanaman beruas yang memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Melanggar pantangan ini dianggap merusak harmoni alam dan kehidupan manusia.
Memahami ingkel adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari di Bali. Setiap siklus ingkel mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang mendalam, serta menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dengan alam dan sesama makhluk hidup. Melalui konsep ingkel, budaya Bali menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan kesejahteraan semua makhluk hidup. (TB)