Pura Agung Raksa Bhuana, Satu-satunya Pura Hindu di Kota Medan, Begini Sejarah Pendiriannya

Author:
Share

Pura Agung Raksa Bhuana, sebuah tempat suci bagi umat Hindu Nusantara di Kota Medan, telah menjelma menjadi lambang spiritualitas dan keberagaman di tengah pusat kota. Pura ini berlokasi di Jl. Polonia No.216, Polonia, Kec. Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara.

Dibangun sejak tahun 1974, pura ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi titik fokus kegiatan keagamaan dan kebudayaan bagi komunitas Hindu di Medan.

Sejarah dan Pendirian

Pura Agung Raksa Bhuana didirikan sebagai respons terhadap kebutuhan umat Hindu di Medan yang pada masa itu belum memiliki tempat ibadah yang memadai. Sebelum pembangunan pura ini, umat Hindu melakukan sembahyang di rumah masing-masing. Inisiatif untuk membangun pura ini dimulai pada tahun 1974, dengan tanah seluas 2000 meter persegi yang diberikan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) sebagai hak pakai.

Menurut Romo Mangku Suroto, pemangku pura sejak tahun 1999, pembangunan Pura Agung Raksa Bhuana dilakukan secara bertahap. Pada awalnya, pura ini dibangun dengan menggunakan bahan baku bata merah, tetapi kemudian mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan pada tahun 2009, 2011, dan yang terbaru pada tahun 2023.

Renovasi ini didukung oleh dana dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, yang juga memberikan kontribusi penting bagi pemeliharaan dan pengembangan pura ini.

Arsitektur dan Ornamen

Salah satu ciri khas utama Pura Agung Raksa Bhuana adalah arsitektur dan ornamen khas Pulau Dewata, Bali, yang menghiasi setiap sudut pura. Batu-batu hitam yang digunakan dalam konstruksi pura ini berasal dari lahar Gunung Agung yang meletus pada tahun 1963 di Karangasem, Bali.

Proses pengambilan batu ini membutuhkan upaya ekstra karena harus mengorek pasir untuk mengakses batu-batu dengan diameter besar hingga mencapai 2-3 meter.

Ornamen-ornamen yang terdapat di Pura Agung Raksa Bhuana, seperti Padmasana yang mendominasi tengah pura, memberikan kesan kemegahan dan kesakralan. Padmasana, yang berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “singgasana teratai”, merupakan tempat untuk melakukan persembahyangan dan penempatan sesajen bagi umat Hindu.

Keseluruhan konstruksi pura, mulai dari bangunan utama hingga arca-arca kecil di sekelilingnya, menghadirkan nuansa Bali yang autentik di tengah kota Medan.

Kegiatan dan Jam Operasional

Pura Agung Raksa Bhuana tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan komunitas Hindu. Pasraman di pura ini dibuka setiap hari Minggu, dari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB, khusus untuk anak-anak dan remaja dalam komunitas Hindu Indonesia. Selain itu, pura ini juga terbuka untuk ibadah sepanjang waktu, menjadikannya tempat yang nyaman bagi umat Hindu untuk beribadah kapan saja.

Kesimpulan

Pura Agung Raksa Bhuana bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga simbol keberagaman dan kekayaan budaya Hindu di kota Medan. Dengan sejarah panjangnya sejak 1974, pura ini terus menjaga tradisi dan nilai-nilai keagamaan Hindu, sambil menjadi jembatan budaya antara Bali dan Sumatera Utara.

Keberadaannya tidak hanya memperkaya panorama spiritual kota Medan, tetapi juga menjadi tujuan wisata spiritual bagi siapa pun yang menghargai keindahan arsitektur dan nilai-nilai budaya Hindu. (TB)

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!