![]() |
Ilustrasi AI |
Tutur Usana Bali merupakan salah satu teks sastra yang kaya akan kisah tentang para dewa dan tokoh spiritual di Bali. Salah satu tokoh sentral dalam teks ini adalah Sang Kulputih, seorang yang diamanatkan untuk menjaga keseimbangan dan kesucian di bumi. Cerita Sang Kulputih menggambarkan perjalanan spiritual dan perjuangannya dalam menjaga harmoni di dunia.
Turunnya Sang Kulputih ke Bumi
Cerita dimulai dengan turunnya para dewa ke bumi untuk berstana di parhyangan-parhyangan. Di antara mereka, Sang Kulputih ditugaskan oleh Ida Bhatara untuk menjaga keseimbangan dunia.
Dalam tugasnya, Sang Kulputih sering bermeditasi dan berdoa di parhyangan-parhyangan, sebuah tindakan yang menarik perhatian Bhatara Pasupati dari Gunung Mahameru.
Perintah Ida Bhatara
Bhatara Pasupati mendengar doa Sang Kulputih dan memberikan perintah kepada putranya, Sang Putranjaya, untuk datang ke Bali dan mengendalikan pemerintahan di sana. Dalam perjalanannya, Sang Putranjaya diiringi oleh para Bujangga dari Ampel Gading.
Tugas di Besakih
Sang Kulputih tiba di Besakih pada bulan Sasih Kartika (Oktober) untuk menjaga kesucian dan kebersihan tempat tersebut. Ia dengan tekun melaksanakan pertapaan dan terus menghubungkan dirinya dengan Tuhan. Ida Bhatara pun terus berkomunikasi dengan Sang Kulputih, memberikan wejangan dan nasihat yang sangat berharga.
Nasehat Ida Bhatara Mahadewa
Suatu ketika, Ida Bhatara Mahadewa turun dan memberikan wejangan kepada Sang Kulputih. Sang Kulputih terharu dan menangis mendengar sabda tersebut. Nasihat-nasihat ini kemudian diterapkan oleh raja-raja Bali, seperti Sang Ratu Jayapangus dan Ratu Mayadanawa, yang beristana di Bedahulu.
Kekuasaan Sang Mayadanawa
Ratu Mayadanawa, yang dikenal memiliki sifat angkara murka dan kesaktian luar biasa, menguasai wilayah luas termasuk Sasak, Sunantara, Bugis, Makassar, Madura, dan Blangbangan.
Dalam kesombongannya, Sang Mayadanawa menyalahgunakan kesaktiannya, yang memicu intervensi para dewa.
Turunnya Bhatara Mahadewa dan Dewi Danuh
Untuk menanggulangi kekacauan yang diciptakan oleh Mayadanawa, Sang Kulputih bersama Bhatara Mahadewa dan Dewi Danuh turun dari Besakih untuk menghadapi Mayadanawa. Mereka menyesali kesaktian yang diberikan oleh Bhatara Pasupati dari Gunung Mahameru kepada Mayadanawa.
Pertempuran Besar
Bhatara Mahadewa kemudian meminta bantuan Bhatara Pasupati untuk melawan Mayadanawa. Dalam pertempuran yang epik, Bhatara Indra dan pasukannya menyerang Bedahulu, mengakibatkan kekacauan besar di pihak Mayadanawa. Meski sakti, Mayadanawa akhirnya kalah berkat strategi dan senjata dari para dewa.
Akhir Sang Mayadanawa
Sang Kalawong, seorang patih yang sakti, membuat air racun di sungai untuk membunuh musuh. Namun, Bhatara Indra menciptakan Toya Empul, air ajaib yang bisa menghidupkan kembali bala tentaranya.
Pertempuran terus berlanjut hingga akhirnya Mayadanawa terbunuh. Darahnya yang mengalir menjadi sungai dikutuk sehingga tidak bisa digunakan untuk mandi karena kotor.
Kesimpulan
Setelah kemenangan tersebut, Sang Kulputih menjamu para dewa di Besakih selama tiga hari dan kemudian moksa, mencapai kebebasan spiritual. Putra Sang Kulputih, Sang Dukuh Sorgha, juga mengikuti jejak ayahnya dan moksa.
Peristiwa ini diperingati setiap Hari Raya Galungan dengan sesajen lengkap untuk menghormati perjuangan mereka dan menjaga keseimbangan dunia.
Kisah Sang Kulputih dalam Tutur Usana Bali tidak hanya menampilkan perjuangan spiritual dan fisik, tetapi juga mengajarkan pentingnya kesucian, keseimbangan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan. (TB)