Sejarah Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Pembangunan Dimulai Tahun 1961

Author:
Share
Pura Jagatnatha Sebelum Dipugar
Pura Agung Jagatnatha, yang terletak di jantung kota Denpasar, Bali, merupakan salah satu pura besar dan sakral bagi umat Hindu di Pulau Dewata. Pura ini terletak di Jalan Mayor Wisnu, di sebelah timur Lapangan Puputan Badung dan sebelah utara Museum Bali. Lokasinya sangat strategis karena berada di jantung kota Denpasar, membuatnya mudah dijangkau dari berbagai arah. Pura ini juga berhadapan langsung dengan Markas Kodam IX/Udayana.
Pendirian pura ini memiliki sejarah panjang dan penuh dengan tantangan yang mencerminkan semangat dan dedikasi masyarakat Bali dalam melestarikan budaya dan agama mereka.
Sejarah Pendirian
Pendirian Pura Agung Jagatnatha dimulai dengan keputusan pada 20 November 1961 dalam pasamuhan Parisada Hindu Dharma Bali. Gubernur Bali saat itu, Anak Agung Bagus Sutedja, pada 5 Februari 1963 menyetujui pembangunan pura ini. 
Pada 1 Januari 1965, Anak Agung Ketut Anggara dari Banjar Belong, Denpasar, diundang untuk membuat desain dan memimpin para undagi (ahli bangunan) dalam pembangunan pura ini.
Namun, pembangunan mengalami hambatan besar saat meletusnya peristiwa 30 September 1965. Setelah melewati berbagai tantangan, termasuk gangguan politik dan sosial, pembangunan dasar Padmasana berupa Bedawang Nala berhasil diselesaikan pada 28 Juli 1967. 
Bagian tengah Padmasana selesai pada 15 Oktober 1967, dan seluruh bangunan Padmasana rampung pada 13 Desember 1967. Pembangunan Candi Bentar selesai pada 5 Februari 1968. Akhirnya, pada Purnama Jiyestha, 13 Mei 1968, Pura Agung Jagatnatha diresmikan.
Keistimewaan dan Struktur
Pura Agung Jagatnatha memiliki keunikan tersendiri dibanding pura lainnya di Bali. Salah satunya adalah tidak adanya pengempon (kelompok masyarakat yang mengelola pura), sehingga pengelolaan dana dan upacara sehari-hari dilakukan oleh beberapa lembaga yang ditunjuk. 
Pura ini memiliki pelinggih Padmasana yang menjulang tinggi sekitar 15 meter, dengan gambar Acintya di puncaknya yang melambangkan kemahakuasaan Tuhan. Dulunya, simbol ini dilapisi emas, namun hilang dicuri pada tahun 1981.
Selain Padmasana, pura ini memiliki pelinggih tajuk di kiri-kanan depan Padmasana, pelinggih Ratu Niang di timur laut, pelinggih Dalem Karang, dan pelinggih Ratu Made. Selain itu, terdapat juga Bale Kulkul, Pamiyosan, Bale Paselang, Bale Gong, Candi Bentar, dan Kori Agung (pemedal agung).
Fungsi dan Peran Sosial
Pura Agung Jagatnatha berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Hyang Jagat Natha, Penguasa Jagat Raya. Pura ini tidak membedakan asal dan soroh umat, menjadikannya tempat persembahyangan umum bagi semua umat Hindu yang tinggal atau berkunjung ke Denpasar. 
Piodalan di pura ini digelar setiap tahun pada Purnama Sasih Kelima, dengan jenis upakara (sesajen) yang dipersembahkan umumnya Nyatur Rebah dan Caru Rsi Gana di Padmasana.
Umat Hindu juga sering datang untuk bersembahyang pada hari-hari besar keagamaan seperti Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, dan Siwaratri. Setiap Purnama-Tilem juga banyak masyarakat yang bersembahyang ke sini. 
Pemrakarsa dan Pembiayaan
Pembangunan Pura Agung Jagatnatha merupakan hasil kerja keras dari sejumlah pemrakarsa, termasuk Kapten TNI I Gusti Ngurah Pindha, Letnan TNI Ida Pedanda Gede Wayan Sidemen, dan Letnan TNI I Wayan Merta Suteja, yang semuanya berasal dari Kodam XVI/Udayana. Mereka menyampaikan rencana ini kepada Panglima Daerah Militer XVI/Udayana, Kolonel TNI Soepardi, yang merespon dengan penuh semangat.
Dana untuk pembangunan pura ini berasal dari Pemda Bali dan dana punia umat. Bahkan, Panglima Kodam XVI/Udayana, Kol. TNI. Soepardi, juga menyumbangkan dana. 
Tenaga kerja yang digunakan adalah tukang (undagi) dan masyarakat yang bekerja dengan semangat gotong royong dan ngayah (sukarela).
Kesimpulan
Pura Agung Jagatnatha bukan hanya simbol keagamaan tetapi juga cerminan dari kekuatan dan semangat masyarakat Bali dalam mempertahankan tradisi dan budaya mereka. Terletak di pusat kota Denpasar, pura ini mudah diakses dan menjadi pusat aktivitas keagamaan yang vital bagi umat Hindu di Bali. Dengan sejarah yang kaya dan struktur yang megah, Pura Agung Jagatnatha menjadi tempat suci yang dihormati dan dikunjungi oleh banyak orang. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!