Asal Usul Bhuta Kala dalam Kepercayaan Masyarakat Hindu Bali

Author:
Share
pixabay.com

Dalam
agama Hindu di Bali, ada dikenal dengan istilah Bhutakala atau Bhuta Kala.
Bhutakala tersebut bisa diartikan sebagai energi yang timbul dan mengakibatkan
kegelapan.

Dalam
Lontar Purwa Bhumi Kemulan dan Lontar Siwa Gama, Bhuta Kala tersebut berasal
dari kata kata Bhuta. Bhuta ini memiliki artinya sesuatu yang sudah ada.

Sementara
itu, Kala memiliki arti kekuatan atau energi. Selain itu, kata Bhuta juga ada
yang menyebutkan berasal dari suku Bhu dimana Bhu ini memiliki arti menjadi,
ada, gelap, berbentuk, mahluk.

Selanjutnya,
Bhu tersebut pun berkembang menjadi Bhuta. Bhuta memiliki arti telah
dijadikan ataupun diwujudkan. Sedangkan Kala memiliki arti berarti
energi, waktu. Sehingga Bhuta Kala memiliki arti energi yang timbul dan
mengakibatkan kegelapan.

Dilansir
dari Kalender Bali, keberadaan Bhutakala awalnya karena Bhatara Siwa ingin
mencipta alam semesta. Dalam hal ini Bhatara Siwa mempunyai lima putra (manifestasi),
yang disebut Panca Korsika. 

Awalnya
Bhatara Siwa mengutus keempat putra-Nya yaitu: Sang Korsika, Sang
Garga, Sang Maitridan Sang Kurusya, namun mereka gagal menjalankan
tugas. Karena gagal, keempat putra Bhatara Siwa itu dikutuk menjadi Bhutakala.

Kemudian
Bhatara Siwa meminta putra-Nya yang kelima bernama Sang Pretanjalauntuk
mengambil alih tugas saudara-saudara-Nya itu. Sang Pretanjala mohon agar Ia
dibantu oleh Ibu-Nya: Dewi Uma.

Permintaan
ini dikabulkan oleh Bhatara Siwa. Maka Dewi Uma dan Sang Pretanjala berhasil
menciptakan Bhuwana Agung: pertiwi, apah, bayu, teja, akasa, yang
disebut Panca Mahabhuta, dan mahluk-mahluk halus.

Mahluk-mahluk
halus ini ada tiga jenis, yakni yang baik misalnya:  widyadara-widyadari, gandarwa,
dan kinara. Yang tidak baik misalnya: raksasa, denawa, pisaca, daitya.
Yang ketiga adalah mahluk halus yang derajatnya rendah misalnya: tonya,
memedi, bregala-bregali.

Dewi
Uma kemudian menjelma menjadi Bhatari Durgha dan memecah diri-Nya menjadi lima
yakni sebagai berikut.

1.
Sri-Durgha, berkedudukan di timur. Ia menciptakan: Kalika-Kaliki,
Yaksa-Yaksi, Bhuta Dengen.

2.
Dhari-Durgha, berkedudukan di selatan. Ia menciptakan: Bhuta Kapragan.

3.
Suksmi-Durgha, berkedudukan di barat. Ia menciptakan: Kamala-Kamali, Kala
Sweta.

4.
Raji-Durgha, berkedududkan di utara. Ia menciptakan: Bregala-Bregali,
Bebai.

5.
Durgha, berkedudukan di tengah-tengah. Ia menciptakan: Bhuta
Janggitan di timur, Bhuta Langkir di selatan, Bhuta Lembu Kania di
barat, Bhuta Taruna di utara, Bhuta Tiga Sakti di tengah-tengah,
Bhuta Lambukan di tenggara, Bhuta Hulu-Kuda dan Bhuta Jingga di barat
daya, Bhuta Ijo di barat laut, dan Bhuta ireng di timur laut.

Melihat
Dewi Uma menjadi Bhatari Durgha, maka Sang Pretanjala ikut berubah menjadiMahakala. Ia
berkedudukan di tengah-tengah bersama Ibu-Nya dan ciptaan awal mereka: Panca
Mahabhuta.

Ia
mengajak keempat saudara-Nya yang sudah di kutuk menjadi Bhutakala dan
memberikan kedudukan kepada mereka masing-masing sebagai berikut: Korsika di
timur, Garga di selatan, Maitri di barat, dan Kurusya di utara.

Dalam
Lontar Sri Jayakasunu  Bhatara Siwa juga menciptakan bhutakala untuk
menguji manusia ketika menghadapi hari raya Galungan, yang mana dalam lontar
tersebut  dijelaskan bahwa para Bhutaka menguji manusia pada hari Redite,
Paing, Dungulan, diturunkan Bhuta Amangkurat. Pada Soma, Pon,
Dungulan, Bhuta Dungulan, dan pada Anggara Wage, Dungulan, Bhuta
Galungan.

Misalnya
saja pada hari itu kita bisa pembawaannya emosi, atau ada yang ingin tertarik
untuk meceki, metajen dan segala hal yang tidak baik menurut agama. Bisa
dikatakan itu adalah hasutan dari para Bhutakala untuk menguji kita, menguji
iman kita, menguji keteguhan kita agar keluar dari jalur ajaran agama. Maka
dari itu hendaknya kita haru bisa untuk dapat mengingatkan dan mengendalikan
diri agar tidak terhasut oleh para Bhuta. (TB)

 

       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!