Menjadi Jero dan Keluarga Puri di Ubud Bali, Inilah Sosok Artis Happy Salma, Pindah Jadi Agama Hindu

Author:
Share
Instagram @happysalma

Siapa
yang tak kenal artis nasional Happy Salma? Dirinya telah malang melintang dalam
jagat hiburan tanah air sejak tahun 1998 silam.

Kini
Happy Salma sudah menjadi bagian dari keluarga Puri Saren Kauh, Ubud, Gianyar,
Bali. Selain itu, dirinya juga sudah menjadi pemeluk agama Hindu mengikuti
agama suaminya.

Dilansir
dari berbagai sumber, diketahui jika Happy Salma merupakan artis kelahiran 4
Januari 1980. Selain menjadi artis, dirinya juga produser pertunjukan teater
dan pengusaha perhiasan.

Happy
Salma merupakan yang berasal dari Sukabumi Jawa Barat dengan ayah bernama H.
Dachlan Suhendra dan ibu Hj. Iis Rohaeni. Pada 3 Oktober 2010 ia menikah dengan
Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa yang merupakan pria keturunan bangsawan
Ubud, Bali dan berdarah Bali-Australia.

Mereka
menikah di Puri Saren Kauh Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Happy Salma pun menjadi Jero dengan nama Jero Happy Salma Wanasari. Dari pernikahan
tersebut, mereka dikaruniai dua buah hati, yaitu Tjokorda Sri Kinandari
Kerthyasa dan Tjokorda Ngurah Rayidaru Kerthyasa.

Ia
juga termasuk dalam salah satu tokoh paling berpengaruh di Asia, versi majalah
Malaysia, Tatler pada tahun 2020. Happy Salma memulai kariernya di dunia seni
peran dengan membintangi puluhan judul sinetron.

Ketika
sedang menggeluti dunia sinetron, Happy menemukan kecintaan pada sastra, yang
kemudian ia tuangkan ke dalam dua buku kumpulan cerpen yaitu Pulang (2006) yang
menjadi nominasi dalam Literary Khatulistiwa Award dan Telaga Fatamorgana
(2008).

Happy
juga berkolaborasi dalam antologi cerita pendek Titian: Antologi Cerita Pendek
Kerakyatan (2008), Lobakan: Antologi Cerita Pendek (2009), 24 Sauh Kolaborasi
Cerpen (2009) dan Dari Murai Ke Sangkar Emas (2009).

Selain
cerpen, Happy menulis novel kolaborasi bersama Pidi Baiq dengan judul Hanya Salju
dan Pisau Batu (2010). Terakhir, ia menulis dan menerbitkan buku biografi
kreatif Desak Nyoman Suarti “The Warrior Daughter” (2015).

Kecintaannya
pada sastra juga mengantarkannya pada dunia seni teater. Debut pertamanya dalam
pentas teater dimulai pada tahun 2007 dengan memerankan Nyai Ontosoroh dalam
pentas “Nyai Ontosoroh”.

Pada
tahun 2009, Happy mementaskan monolog “Ronggeng Dukuh Paruk” di Amsterdam, Bern
– Swiss, dan Taman Ismail Marzuki yang ceritanya diadaptasi dari novel Ronggeng
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan kemudian diikuti dengan pementasan yang lain
yaitu “Jabang Tetuko” (2011), Java War “Opera Diponegoro” (2011), “Monolog
Inggit” (2011 – 2014), “Roro Mendut” (2012), “#3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan
Lelaki” (2015), beberapa pentas teater bersama kelompok “Indonesia Kita” dan
terakhir kembali berperan sebagai Nyai Ontosoroh dalam judul “Bunga Penutup
Abad” (2016 – 2017).

Sejalan
dengan kecintaannya pada dunia teater dan sastra, Happy Salma mendirikan
Yayasan Seni dan Budaya Titimangsa (Titimangsa Foundation) yang memproduksi
beberapa pertunjukan besar seperti pada awal 2019 mementaskan “Nyanyi Sunyi
Revolusi” dan “Cinta Tak Pernah Sederhana”. Pada tahun 2022, Happy Salma
bermonolog sebagai Inggit dalam Teater Musikal Inggit Garnasih: Tegak Setelah
Ombak.

Happy
Salma banyak mendapatkan apresiasi dan penghargaan pada seni peran diantaranya:
Pemeran Pembantu Terbaik Festival Film Bandung 2008 (Rinduku Cintamu), Pemeran
Pembantu Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2010 (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita),
Aktris Pembantu Terbaik dan Aktris Pembantu Terfavorit Indonesia Movie Awards
2011 (7 Hati 7 Cinta 7 Wanita), Penghargaan dari IKJ sebagai Aktris Terbaik
2014. Juga Best Performance dan Best Short Film dalam Plaza Indonesia Short
Film Festival 2016 untuk film pendek “Ibu dan Anak Perempuannya”.

Selain
di depan layar, Happy pun pernah menjadi sutradara. Film omnibus Rectorverso
adalah film yang disutradarainya bersama Marcella Zalianty, Olga Lidya, Cathy
Sharon dan Rachel Maryam. Selain film layar lebar, Happy Salma juga
menyutradarai film pendek di antaranya “Kamis ke 300” dan “Ibu dan Anak
Perempuannya”.

Pada
2020, Happy menjadi sutradara untuk serial berjudul “Masakan Rumah” yang
ditayangkan di Mola TV. Selain dunia seni peran dan sastra, kesibukan Happy
saat ini adalah bisnis perhiasan dengan merk Tulola [29] yang ia dirikan bersama
Sri Luce Rusna dan Franka Makarim.

Tulola
memiliki konsep yang sangat unik dengan desain yang kental dengan nuansa
Indonesia. Peran Happy sendiri adalah sebagai Founder dan Creative Conceptor.
Perannya sebagai Creative Conceptor adalah mengadaptasi inspirasi awal menjadi
sebuah konsep utuh untuk dieksekusi menjadi desain perhiasan.

Sebagai
contoh, desain perhiasan yang terinspirasi dari jenis musik Indonesia,
keroncong, melahirkan koleksi bernama “Juwita Malam”. Tulola sendiri kini
memiliki toko di Bali, dan beberapa tempat di Jakarta seperti Kemang, Plaza
Senayan, dan Plaza Indonesia. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!