Dinas Kebudayaan Bali Konservasi 70 Cakep Lontar Wariga di Desa Tulikup Gianyar

Author:
Share

Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, melalui Tim Penyuluh Bahasa Bali, berhasil mengonservasi lontar milik I Wayan Mustawan di Banjar Kaja Kauh, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar. Kegiatan konservasi yang berlangsung pada Rabu 26 Februari 2025 ini bertujuan untuk menjaga kelestarian naskah kuno warisan leluhur.  

Dalam proses pendataan awal, tim menemukan 66 cakep lontar. Namun, setelah dilakukan penyusunan ulang, jumlahnya bertambah menjadi 70 cakep. “Beberapa lontar sebelumnya tercecer dan tidak tersusun rapi. Setelah kami identifikasi dan susun kembali, jumlahnya bertambah,” ungkap Koordinator Baga Lontar Kabupaten Gianyar, I Wayan Suparsa.  

Jenis lontar yang berhasil dikonservasi sangat beragam, mulai dari wariga (penentuan hari baik), tatwa (filsafat), usada (pengobatan tradisional), susastra (karya sastra), kanda (cerita sejarah), hingga mantra-mantra pemujaan. “Semua lontar ini masih dalam kondisi baik dan dapat dibaca, meskipun ada beberapa bagian yang memerlukan perawatan khusus,” tambahnya.  

Sebanyak 12 orang Penyuluh Bahasa Bali dikerahkan dalam konservasi ini. Mereka memulai dengan membersihkan debu yang melekat pada lontar, kemudian mengaplikasikan bahan pengawet secara hati-hati menggunakan kain halus. Setelah itu, dilakukan identifikasi isi naskah untuk menentukan jenis dan kategorinya.  

Dalam proses identifikasi, tim menemukan berbagai lontar dengan isi yang menarik, seperti ajaran kebatinan, petuah dalam kategori tutur, resep obat tradisional, hingga kakawin tentang Gatotkaca. Meski demikian, tidak ditemukan lontar dengan keunikan khusus, karena jenis-jenis lontar ini juga banyak tersebar di masyarakat.  

Sebelum dikonservasi, lontar-lontar ini disimpan dalam keropak kayu. Namun, atas saran penyuluh, pemilik lontar menggantinya dengan lemari kaca agar lebih terjaga suhunya dan terhindar dari kelembapan. “Kami juga memberikan tips perawatan, seperti membersihkan lontar dengan kuas secara berkala meskipun tidak dibaca, serta menghindarkan lontar dari paparan air dan sinar matahari langsung,” jelas Suparsa.  

I Wayan Mustawan, pemilik lontar, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan dari Dinas Kebudayaan Bali. Ia merasa sangat terbantu dalam merawat naskah warisan leluhurnya. “Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang memiliki lontar, terutama bagi kami yang belum paham cara merawatnya dengan benar,” katanya. Ia pun berharap program konservasi ini terus berlanjut untuk membantu masyarakat lain yang memiliki naskah lontar.  

Tim penyuluh yang terlibat dalam konservasi ini di antaranya adalah Ida Bagus Ari Wijaya, I Wayan Gitar Hardinata, I Dewa Nyoman Raka Parthama, Ni Putu Suwendayani, Gusti Ayu Leni Suyasti, Made Dwi Megasani, Ni Kadek Umi Wirantari, I Wayan Sudiarsa, Ni Luh Sri Artini, Ni Nengah Sudiani, Ni Wayan Budiari, dan Ni Kadek Adi Astuti. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!