Foto Panitia |
Siat
Yeh di awal tahun baru menjadi acara penutup dalam rangkain Festival Air Suwat
2021. Bertema Bangkit Bersama Air, acara digelar di catus pata atau perempatan
desa dengan tujuan penyucian sekala niskala.
Kali
ini yang terasa spesial, ritual Siat Yeh bertepatan dengan hari Siwalatri. Hari
di mana umat Hindu memuja Dewa Siwa, hari di mana umat berkontemplasi.
Merenungi laku diri untuk menapak langkah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Bendesa
Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya mengatakan, festival tahun ini dimaknai sebagai
momentum bangkitnya Bali setelah nyaris dua tahun bumi dilanda pandemi. Ia
berharap, pariwisata segera pulih dan aktivitas kembali seperti sediakala.
“Kami
mengangkat spirit sebagai festival. Sudah saatnya kita keluar dari kungkungan
dan ketakutan berlebihan, namun tanpa mengabaikan kewaspadaan,” kata Ngakan
Putu Sudibya, Sabtu 1 Januari 2021.
Warga
desa berdatangan sesaat setelah suara kulkul berbunyi. Mereka berkumpul di
perempatan desa. Persembahyangan dipimpin sejumlah jro mangku di episentrum
catus pata desa adat. Sedangkan krama duduk tersebar di empat penjuru arah.
Setelahnya,
Siat Yeh dimulai. Satu sama lain saling menyiram. Tawa terdengar di antara
hiruk gemelan dan lemparan cipratan guyuran air. Gayung warna warni bak pelangi
seakan menyiratkan, meski berbeda pandangan dalam berbagai hal, namun
kebersamaan akan selalu ada untuk membangun desa.
Sudibya
mengatakan, festival ke-7 ini dimaknainya sebagai momentem membangun visi desa
adat 2024 menuju destinasi wisata air. Kata Sudibya, sejumlah tahapan sudah
dilalaui, baik dari perencanaan, penataan, hingga terjujudnya desa yang
memiliki objek wisata.
Foto Panitia |
Kini
desa ini sudah memiliki objek wisata Suwat Waterfall, kemudian wisata sipritual
pengelukatan Siwa Melahangge. Tak sampai di sana, akan ada rencana selanjutnya
yang perlu direalisasikan untuk membangun kemandirian ekonomi desa.
“Desa
Adat Suwat berusaha membangun kekuatan ekonomi berbasis desa adat. Kami telah
membuat usaha yang berkaitan dengan air. Pertama Suwat Waterfall dan kedua
pengelukan Siwa Melahangge. Kemudian kami mengarah ke usaha kuliner. Kami berharap
bisa kami wujudkan dan tentu atas dukungan semua,” paparnya.
Sudibya
mengatakan, sejatinya setiap desa adat pasti memiliki potensi yang bisa digali
karena da peluang besar yang belum tergarap secara maksimal. Jika masing-masing
desa mampu menggarap sektor tersebut, maka akan ada pemerataan pariwisata untuk
kesejahteraan bersama.
“Sejatinya
desa adat saling punya potensi. Ini peluang besar namun belum tergarap. Kalau
mampu digarap maka, saya yakin kita bisa mandiri secara ekonomi,” katanya. (TB)