Kisah Tentang Lubdaka, Seorang Pemburu yang Masuk Surga Karena Tanpa Sengaja Merayakan Malam Siwaratri

Author:
Share
ist.

Kisah
tentang seorang pemburan bernama Lubdaka, hingga saat ini dikaitkan dengan
pelaksanaan Siwaratri. Kisah tentang Lubdaka ini termuat dalam kakawin
Siwaratri Kalpa yang dikarang oleh Mpu Tanakung. Adapun ringkasan dari kisah
Lubdaka ini yakni sebagai berikut.

Dikisahkan
ada seorang lelaki bernama Lubdaka yang berasal dari suku Nasada atau suku
pemburu. Setiap hari pekerjaannya hanyalah sebagai pemburu untuk bisa
menghidupi keluarganya. Hasil buruannya sebagian ditukar dengan barang
kebutuhan keluarga dan sebagian untuk dimakan bersama keluarganya. Dia sangat
rajin bekerja serta cukup ahli, sehingga tidak heran bila dia selalu pulang
membawa banyak hasil buruan.

Pagi
hari, ketika tanggal 14 paro gelap bulan ketujuh atau sehari sebelum Tilem
Kapitu, Lubdaka pergi ke hutan untuk berburu. Dibawanya semua peralatan tanpa
mengenal lelah. Akan tetapi hari itu berbeda dengan hari biasanya, hingga
menjelang sore lubdaka belum juga memperoleh hasil buruannya. Dirinya pun
pantang pulang sebelum mendapatkan hasil buruan.

Tak
terasa, haripun sudah gelap dan Lubdaka masih berada di tengah hutan. Karena
hari sudah gelap, Lubdaka memutuskan untuk tinggal di hutan dan mencari tempat
yang aman. Lubdaka melihat ada sebuah pohon bila atau maja yang cukup tua dan
tampak kokoh di pinggir sebuah telaga air yang tenang. Dia memanjat batang
pohon itu dan mencari posisi yang nyaman untuk bersandar. Ia naik pohon untuk
menghindari binarang buas dan berharap juga ada binatang yang minum di air
telaga di bawahnya.

Lubdaka
berusaha untuk tidak tidur karena takut bila terjatuh. Agar tidak tertidur
lubdaka memetik satu per satu daun bila dan menjatuhkannya ke bawah. Ia tidak
tahu di telaga tersebut ada lingga dan daun yang dijatuhkan mengenai Lingga
yang ada di bawahnya. Lubdaka sendiri tidak menyadari bahwa malam itu adalah
malam Siwalatri, dimana Dewa Siwa tengah melakukan yoga.

Satu
per satu daun berguguran, lubdaka mulai menyesali segala perbuatan jahat yang
pernah dia lakukan sepanjang hidupnya. Di atas pohon lubdaka bertekad untuk
berhenti menjadi pemburu.Lamunan panjang Lubdaka akan dosa-dosanya seolah
mempercepat waktu. Rasanya baru sebentar saja Lubdaka melamun, tapi tahu-tahu
pagi pun tiba. Itu menggambarkan bahwa dosa-dosa yang pernah dilakukannya sudah
terlalu banyak dan tidak bisa diingatnya satu per satu lagi dalam waktu satu
malam.

Karena
sudah pagi, ia berkemas-kemas pulang ke rumahnya. Sejak hari itu, Lubdaka
beralih pekerjaan sebagai petani. Tapi, petani tidak memberinya banyak
kegesitan gerak, sehingga tubuhnya mulai kaku dan sakit, yang bertambah parah
dari hari ke hari. Hingga, akhirnya hal ini membuat Lubdaka meninggal dunia.

Dikisahkan
selanjutnya, roh Lubdaka, setelah lepas dari jasadnya, melayang-layang di
angkasa. Roh Lubdaka bingung tidak tahu jalan harus ke mana. Pasukan Cikrabala
kemudian datang hendak membawanya ke kawah Candragomuka yang berada di Neraka.

Di
saat itulah, Dewa Siwa datang mencegah pasukan Cikrabala membawa roh Lubdaka ke
kawah Candragomuka. Di situ, terjadi diskusi antara Dewa Siwa dengan pasukan
Cikrabala. Menurut pasukan Cikrabala, roh Lubdaka harus dibawa ke neraka. Ini
disebabkan, semasa ia hidup, ia kerap membunuh binatang. Pendapat itu mendapat
tanggapan lain dari Dewa Siwa.

Menurut
Dewa Siwa, walaupun Lubdaka kerap membunuh binatang, tapi pada suatu malam di
malam Siwaratri, Lubdaka begadang semalam suntuk dan menyesali dosa-dosanya di
masa lalu. Sehingga, roh Lubdaka berhak mendapatkan pengampunan. Singkat
cerita, roh Lubdaka akhirnya dibawa ke Siwa Loka. (TB)

 

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!