Sehari
sebelum hari raya Galungan disebut dengan Penampahan Galungan. Penampahan
Galungan ini dirayakan pada Selasa (Anggara) Wage wuku Dunggulan. Dan pada saat
ini, masyarakat Hindu Bali akan melakukan pemotongan hewan yakni babi dan ada
pula beberapa yang memotong ayam.
sebelum hari raya Galungan disebut dengan Penampahan Galungan. Penampahan
Galungan ini dirayakan pada Selasa (Anggara) Wage wuku Dunggulan. Dan pada saat
ini, masyarakat Hindu Bali akan melakukan pemotongan hewan yakni babi dan ada
pula beberapa yang memotong ayam.
Akan
tetapi, jika mendengar kata Penampahan Galungan yang paling sering terbesit
dalam pikiran kita adalah memotong babi. Pemotongan babi ini biasanya dilakukan
dengan berkelompok, biasanya dilakukan oleh banjar, sekaa subak, ataupun
kelompok lainnya walaupun adapula yang memilih untuk membeli ke pasar.
tetapi, jika mendengar kata Penampahan Galungan yang paling sering terbesit
dalam pikiran kita adalah memotong babi. Pemotongan babi ini biasanya dilakukan
dengan berkelompok, biasanya dilakukan oleh banjar, sekaa subak, ataupun
kelompok lainnya walaupun adapula yang memilih untuk membeli ke pasar.
Lalu
kenapa Penampahan Galungan ini melakukan pemotongan babi?
kenapa Penampahan Galungan ini melakukan pemotongan babi?
Wakil
Ketua PHDI Bali, Pinandita Ketut Pasek Swastika mengatakan, memotong babi
saat Penampahan ini memiliki makna untuk mengalahkan sad ripu atau enam
sifat dalam diri manusia dan juga sifat rajas maupun tamas.
Ketua PHDI Bali, Pinandita Ketut Pasek Swastika mengatakan, memotong babi
saat Penampahan ini memiliki makna untuk mengalahkan sad ripu atau enam
sifat dalam diri manusia dan juga sifat rajas maupun tamas.
Karena
menurutnya, babi itu melambangkan sifat rajas dan tamas. Sehingga memotong babi
ini merupakan simbol bahwa manusia telah mengalahkan sifat rajas maupun tamas.
menurutnya, babi itu melambangkan sifat rajas dan tamas. Sehingga memotong babi
ini merupakan simbol bahwa manusia telah mengalahkan sifat rajas maupun tamas.
Terkait
Penampahan Galungan ini, dalam Himpunan Keputusan Seminar Kesatua Tafsir
Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I – IX disebutkan ada beberapa prosesi yang
dilakukan saat Penampahan Galungan yakni Abhuta Yadnya di catur pata, dan di
halaman rumah, serta memberi Pasupati pada sanjata-sanjata. Tujuan
dilaksanakannya hal ini yakni Jaya prakoseng perang (jaya dari godaan Sang Kala
Tiga). Saat ini juga merupakan hari turunnya Sang Bhuta Amangkurat.
Penampahan Galungan ini, dalam Himpunan Keputusan Seminar Kesatua Tafsir
Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I – IX disebutkan ada beberapa prosesi yang
dilakukan saat Penampahan Galungan yakni Abhuta Yadnya di catur pata, dan di
halaman rumah, serta memberi Pasupati pada sanjata-sanjata. Tujuan
dilaksanakannya hal ini yakni Jaya prakoseng perang (jaya dari godaan Sang Kala
Tiga). Saat ini juga merupakan hari turunnya Sang Bhuta Amangkurat.
Sementara
itu, pegiat lontar yang juga dosen Unud, Putu Eka Guna Yasa mengatakan, saat
penampahan umat Hindu juga membuat segehan. Segehan itu persembahan ke Bhuta
Dungulan yang dihaturkan di pekarangan rumah untuk Bhuta Bucara dan Durga
Bucari dimana tempat persembahannya yaitu di depan sanggah, di lebuh, dan di
depan rumah.
itu, pegiat lontar yang juga dosen Unud, Putu Eka Guna Yasa mengatakan, saat
penampahan umat Hindu juga membuat segehan. Segehan itu persembahan ke Bhuta
Dungulan yang dihaturkan di pekarangan rumah untuk Bhuta Bucara dan Durga
Bucari dimana tempat persembahannya yaitu di depan sanggah, di lebuh, dan di
depan rumah.
Selain
itu, dalam Lontar Sundarigama disebutkan: anggara, wage penampaan, irika
penadah ire sang buta Galungan, marmaning sinanggerahe dening para kerti,
ring desa-desa ane buta nyadnya, aneng catus pataning desa, sarupaning yadnya
wenang kunang sakuweh nikang sanjata peperangan kabeh jaye-jaye kene samane
ika, nguniyeh. Ikang wang kabeh perascitanen, muang jaya-jaya dening sang
pandita, meke perako peretameng perang, ane perecaruning sakuwu-kuwu kunang,
sege warna telu, sinasah, tandingania anut urip, purwa putih lima, daksina bang
siya utara selem papat, iwaknia olahan bawi, saha tabuh, sege agung abesik,
genahing caru ring natah umah, muang ring sanggar, dengen, sambat sang
buta galungan ikang laki-laki abiya kala aperayascita, ayabin sesayut
mengerepaken mantra pergolan, saha busananing paperangan, ngaran patitising
nyane, ngaran patitising adnyana galang apadang, palane kosa ring perang.
itu, dalam Lontar Sundarigama disebutkan: anggara, wage penampaan, irika
penadah ire sang buta Galungan, marmaning sinanggerahe dening para kerti,
ring desa-desa ane buta nyadnya, aneng catus pataning desa, sarupaning yadnya
wenang kunang sakuweh nikang sanjata peperangan kabeh jaye-jaye kene samane
ika, nguniyeh. Ikang wang kabeh perascitanen, muang jaya-jaya dening sang
pandita, meke perako peretameng perang, ane perecaruning sakuwu-kuwu kunang,
sege warna telu, sinasah, tandingania anut urip, purwa putih lima, daksina bang
siya utara selem papat, iwaknia olahan bawi, saha tabuh, sege agung abesik,
genahing caru ring natah umah, muang ring sanggar, dengen, sambat sang
buta galungan ikang laki-laki abiya kala aperayascita, ayabin sesayut
mengerepaken mantra pergolan, saha busananing paperangan, ngaran patitising
nyane, ngaran patitising adnyana galang apadang, palane kosa ring perang.
Artinya
saat Anggara Wage (Dunggulan), disebut hari Penampahan. Pada hari itulah
waktunya Sang Bhuta Galungan nadah (makan), sehingga pada saat itu
patutlah dilaksanakan upacara Bhuta Yadnya di setiap desa, dengan korban caru
kepada para Bhuta, bertempat diperempatan Desa. Persembahan yang diberikan
kepada Bhuta, bentuknya bermacam-macam, yakni dari bentuk yang sederhana,
sedang, dan besar dan dipuput oleh Sulinggih.
saat Anggara Wage (Dunggulan), disebut hari Penampahan. Pada hari itulah
waktunya Sang Bhuta Galungan nadah (makan), sehingga pada saat itu
patutlah dilaksanakan upacara Bhuta Yadnya di setiap desa, dengan korban caru
kepada para Bhuta, bertempat diperempatan Desa. Persembahan yang diberikan
kepada Bhuta, bentuknya bermacam-macam, yakni dari bentuk yang sederhana,
sedang, dan besar dan dipuput oleh Sulinggih.
Semua
orang juga patut melakukan pebersihan pada saat ini. Selain itu, di
masing-masing pekarangan rumah juga dipersembagkan segehan warna 3, dengan
tandingan menurut urip, yakni timur warna putih 5, selatan warna merah 4 dan
utara warna hitam 9 dengan lauk olahan babi, tetabuhan, disertai segehan agung
satu. Caru ini dilakukan di natah pekarangan rumah, di sanggah, dengan
mengayat Sang Bhuta Galungan.
orang juga patut melakukan pebersihan pada saat ini. Selain itu, di
masing-masing pekarangan rumah juga dipersembagkan segehan warna 3, dengan
tandingan menurut urip, yakni timur warna putih 5, selatan warna merah 4 dan
utara warna hitam 9 dengan lauk olahan babi, tetabuhan, disertai segehan agung
satu. Caru ini dilakukan di natah pekarangan rumah, di sanggah, dengan
mengayat Sang Bhuta Galungan.
Anggota
keluarga juga patut ngayab banten pabyakala, prayascita, dan sesayut, untuk
mendapat kesuksesan dalam perjuangan hidup, sekala niskala (lahir-batin). Selain
itu pada penampahan Galungan ini juga dibuat penjor sebagai
pralambang Bhatara Mahadewa yang berstana di Gunung Agung. (TB)
keluarga juga patut ngayab banten pabyakala, prayascita, dan sesayut, untuk
mendapat kesuksesan dalam perjuangan hidup, sekala niskala (lahir-batin). Selain
itu pada penampahan Galungan ini juga dibuat penjor sebagai
pralambang Bhatara Mahadewa yang berstana di Gunung Agung. (TB)