Sosok Pahlawan Kapten Japa, Satu Peluru Satu Belanda

Author:
Share
Patung Pahlawan Kapten Japa di Griya Punia Jati

Kapten
Japa memiliki nama lengkap Ida Bagus Putu Japa atau Kapten Anumerta Ida Bagus
Putu Japa. Ia lahir di Griya Punia Jati yang kini beralamat di Jalan Hayam
Wuruk Nomor 105 Denpasar pada 3 April 1925. Merupakan kakak kandung dari mantan
Gubernur Bali, Prof Dr. Ida Bagus Mantra dan paman dari Walikota Denpasar, Ida
Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.
Ia
merupakan seorang pejuang yang gugur di tangan Belanda pada saat Serangan Umum
Kota Denpasar pada 11 April 1946 atau delapan hari setelah hari ulang tahunnya
yang ke-21. Usia yang masih sangat muda, namun darah juangnya begitu luar
biasa.
I
Gusti Bagus Saputra yang merupakan anak buah dari Kapten Japa yang kini
menjabat Ketua Legium Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bali menuturkan jika
Kapten Japa adalah seorang yang hebat dan berwibawa.
Bersekolah
di Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang kini setingkat Sekolah Dasar (SD)
selama tujuh tahun. Ia memiliki kemampuan Bahasa Belanda yang bagus. Setamat dari
HIS, melanjutkan ke
Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs
(MULO)
Malang yang kini setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). “Karena terjadi
perang Pasifik, Kapten Japa kembali ke Bali. Ketika Jepang berhasil mengalahkan
Belanda sehingga sering disebut jaman Jepang,” kata Saputra saat peresmian
patung Kapten Japa di Griya Punia Jati, Senin, 9 September 2019.
Saat
di Bali, ketika dipaksa bekerja di perusahaan beras milik Jepang, ia pun
terlibat gerakan bawah tanah menentang fasisme Jepang yang dipimpin I Gusti
Ngurah Rai. Dan karena Jepang semakin terdesak oleh Sekutu, Jepang membujuk
untuk meminta bantuan. Dan dibentuklah Pasukan Pembela Tanah Air (Peta) tahun 2
Februari 1944. Sebanyak 1650 orang ikut Peta termasuk Kapten Japa.
Mereka
menjalani latihan di Banyumala dan dididik secara militer dengan semangat
bushido dan puputan. Jepang juga memprovokasi agar pasukan ini tidak takut
dengan Belanda. “’Tidak boleh takut Belanda, orang bule, rusia saya kalahkan, Amerika,
Perl Harbour saya bom,’ kata Jepang. ‘Saudara jangan takut sama bule, sebenarnya
orang bule penakut’,” kenang Saputra.

I Gusti Bagus Saputra

Ketika
menjalani pendidikan, Kapten Japa yang paling pandai dan sering mendapat pujian
dari Jepang. Dalam sebuah latihan untuk menduduki pusat pertahanan Jepang di
Baturiti, ia berangkat dari Kediri menuju Baturiti saat malam tanpa diketahui
pasukan Jepang. “Ida Bagus Japa lulus terbaik. Beliau dapat pukian dari Jepang
berkali-kali sebagai orang paling pandai dalam gerilya kirikumi,” katanya.
Selain
itu, ia juga dikenal pemberani. Dalam serangan umum Kota Denpasar, Kapten Japa yang
saat itu berpangkat Letnan memimpin pasukan untuk menyerang tangsi Kayu Mas
dari arah Yang Batu. Ia membawahi 800 pasukan dan berada di garis terdepan.
Saputra
juga menuturkan, Kapten Japa merupakan penembak jitu. Satu peluru satu Belanda.
Ia tak akan menembak jika sasaran belum tepat dan tidak berada pada jarak
tembak, ia tak akan melepaskan tembakan. Mengingat saat itu keterbatasan
peluru. Pistol di kiri, dan samurai di kanan, sangat gagah.
Namun
sayang, ia terkena tembak pada bagian dahi dan dada. Bahkan tiga peluru
bersarang di dadanya. Sebelum meninggal, ia berpesan agar melanjutkan
perjuangan pada semua pasukannya. Namanya diabadikan sebagai nama jalan yakni
Jalan Kapten Japa di lokasi gugurnya. Juga monumen Kapten Japa di Bundaran
Renon serta lapangan Kapten Japa. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!