Siat Tipat Desa Pakraman Kerobokan, Penyatuan Purusa dan Predana

Author:
Share
Siat Tipat di Desa Pakraman Kerobokan

Ratusan krama (warga) dari Desa Pakraman Kerobokan, Badung berkumpul di jaba Pura Desa dan Puseh. Mereka siap mengikuti tradisi siat tipat. Tradisi ini merupakan tradisi kuno dan sakral.

Siat Tipat ini dilaksanakan serangkaian dengan upacara Ngusaba Nini. Ngusaba Nini merupakan upacara untuk menjaga kesucian air dan pertiwi untuk bisa mensejahterakan warga. Karena sudah dilimpahkan rahmat berupa sandang pangan dan sebagai wujud syukur maka dilaksanakanlah siat tipat ini.
Siat artinya perang sedangkan tipat merupakan ketupat. Perang ini merupakan perlambang Bhatara Sri atau dewi kemakmuran dan Bhatara Siwa sebagai Bhatara Rare Angon. Tujuannya juga untuk menghalau kekuatan jahat atau negatif.
Walaupun namanya siat tipat, namun Ketua Panitia Ngusaba Nini, AA Ngurah Gede Sujaya mengatakan yang digunakan bukan hanya tipat namun juga bantal. Tipat sebagai lambang predana atau wanita dan bantal sebagai lambang purusa atau laki-laki.


Siat Tipat di Desa Pakraman Kerobokan


Yang diadu dalam siat tipat ini yakni tipat dan bantal. Sebagi simbolis penyatuan purusa dan predana. Jika purusa dan predana disatukan akan ada kehidupan.

Jika tipat dan bantal ini bertemu san pecah, akan keluar percikan berupa isi dari bantal maupun tipat tersebut. Percikan tersebut dimakan dan dianggap sebagai tirta amerta atau air suci kehidupan.

Tradisi ini kembali digelar tahun 2019 ini tepatnya, Saniscara (Kamis) Pon Kuningan, 1 Agustus 2019. Terakhir dilakukan 40 tahun lalu atau tahun 1979.

Peserta merupakan perwakilan masing-masing banjar dari 50 banjar yang ada di Desa Pakraman Krobokan. Setiap banjar diikuti oleh 10 orang perwakilan, 8 pemuda dan 2 orang tetua banjar. Sehingga keseluruhan ada 500 peserta.

Tradisi ini pertama kali dilakukan tahun 1960-an, kedua tahun 1979 dan yang ketiga tahun 2019. Ke depannya rencananya akan dilaksanakan setiap 25 atau 30 tahun sekali. Namun tergantung situasi dan disesuaikan dengan pelaksanaan Ngusaba Nini.

Sebelum tradisi ini dilaksanakan, krama dibagi ke dalam dua kelompok disesuaikan dengan banjar masing-masing. Beberapa orang pengayah (petugas) kemudian membawa tipat dan bantal untuk dibagikan kepada peserta. Suara gambelan gong pun bertalu-talu.
Masing-masing peserta mengambil tipat atau bantal dari pengayah. Ketika semua sudah mendapat tipat atau bantal perang pun dimulai. Gambelan dengan tempo lebih cepat mengiringinya.
Para peserta melemparkan tipat atau bantal ke arah lawan. Tipat atau bantal yang sudah jatuh tak boleh dilempar kembali. Suasana kekerabatan dan kegembiraan pun tampak di antara para peserta. Mereka tertawan dan bahagia. 
Di Desa Pakraman Kerobokan, selain Ngusaba Nini, juga ada Ngusaba Desa. Ngusaba desa berkaitan dengan upacara yang dilakukan bertujuan untuk negdegang atau menstabilkan negara atau pemerintahan khususnya di wilayah Desa Pakraman Kerobokan. Dengan ngusaba ini diharapkan desa akan tetap kuat dan pemerintahannya tak rapuh. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!