Enam orang pekerja terlihat sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing di lokasi pembuatan tenun ikat endek Bali
di Jalan Sekar Jepun, Gatot Subroto Timur, Denpasar. Ada yang menenun, membuat
motif, ada pula yang mewarnai benang dan memilah benang untuk ditenun.
dengan pekerjaannya masing-masing di lokasi pembuatan tenun ikat endek Bali
di Jalan Sekar Jepun, Gatot Subroto Timur, Denpasar. Ada yang menenun, membuat
motif, ada pula yang mewarnai benang dan memilah benang untuk ditenun.
Menurut pemilik usaha kerajinan
tenun ikat ini, Etmy Kustiyah Sukarsa penjualan kain tenun endek kini
mengalami penurunan, lesu, dan tak menentu. Tak seperti dulu, beberapa tahun
belakangan ini pesanan pun tak banyak. “Tidak tahu menurunnya karena apa,
kalau dulu betul-betul banyak pesanan, sekarang agak sepian. Makanya saya
dengar endek mau digalakkan dan dipakai di instansi-instansi,”
katanya.
tenun ikat ini, Etmy Kustiyah Sukarsa penjualan kain tenun endek kini
mengalami penurunan, lesu, dan tak menentu. Tak seperti dulu, beberapa tahun
belakangan ini pesanan pun tak banyak. “Tidak tahu menurunnya karena apa,
kalau dulu betul-betul banyak pesanan, sekarang agak sepian. Makanya saya
dengar endek mau digalakkan dan dipakai di instansi-instansi,”
katanya.
Ia berharap tahun 2019 ini ada
kenaikan. Selain sedang lesu, pembuatannya juga sangat sulit karena harus
melalui banyak tahap sebelum kain itu benar-benar jadi. Bahkan untuk satu kain
bisa selesai hingga dua bulan lebih. “Nenunnya sih cepat. Sehari bisa
dapat satu. Tapi prosesnya mewarnai, membuat motif sangat lama. Sehingga kalau
orang ngerti pesannya tiga bulan sebelumnya,” katanya.
kenaikan. Selain sedang lesu, pembuatannya juga sangat sulit karena harus
melalui banyak tahap sebelum kain itu benar-benar jadi. Bahkan untuk satu kain
bisa selesai hingga dua bulan lebih. “Nenunnya sih cepat. Sehari bisa
dapat satu. Tapi prosesnya mewarnai, membuat motif sangat lama. Sehingga kalau
orang ngerti pesannya tiga bulan sebelumnya,” katanya.
Selain itu, ia juga kesulitan
mencari tenaga untuk menenun. Tenaga yang ada sudah berumur dan lanjut
usia. Hal ini dikarenakan generasi muda lebih suka kerja di toko atau jadi
pelayan di tempat makanan cepat saja ketimbang belajar menenun.
mencari tenaga untuk menenun. Tenaga yang ada sudah berumur dan lanjut
usia. Hal ini dikarenakan generasi muda lebih suka kerja di toko atau jadi
pelayan di tempat makanan cepat saja ketimbang belajar menenun.
Usahanya ini telah berdiri tahun
1980an ketika Gubernur Bali saat itu Ida Bagus Mantra. “Kalau boleh
nangis, nangis saya. Apa tenun ini harus mandeg. Kita harus berusaha di
Bali endek harus ada berusaha dan berdoa,” katanya.
1980an ketika Gubernur Bali saat itu Ida Bagus Mantra. “Kalau boleh
nangis, nangis saya. Apa tenun ini harus mandeg. Kita harus berusaha di
Bali endek harus ada berusaha dan berdoa,” katanya.
Untunglah usahanya ini kerjasama
dengan Dekranasda Kota Denpasat sehingga saat ada kunjungan dari luar daerah,
ia dapat imbas kunjungan.
dengan Dekranasda Kota Denpasat sehingga saat ada kunjungan dari luar daerah,
ia dapat imbas kunjungan.
Untuk motifnya, dirinya memiliki
motif khas yakni motif Sekar Jepun. Endeknya pun tak diproduksi masal, karena
hanya dijual di rumahnya dan disesuaikan dengan pesanan.
motif khas yakni motif Sekar Jepun. Endeknya pun tak diproduksi masal, karena
hanya dijual di rumahnya dan disesuaikan dengan pesanan.
Dengan sepuluh orang pekerja inti
yang dimiliki ia berharap endek ini tetap ada.
yang dimiliki ia berharap endek ini tetap ada.
Harga jualnya pun bervariasi dari Rp 650 ribu hingga Rp 1.5 juta
per dua setengah meter. Harga ini tergantung jenis kain dan coraknya.
per dua setengah meter. Harga ini tergantung jenis kain dan coraknya.
Karena sulitnya mencari penenun baru, ia pun tak berani keras
lagi dengan pekerja. Yang dulunya pekerja pukul 08.00 Wita sudah ada di sana,
istirahat pukul 12.00 Wita dan pulang pukul 17.00 Wita, kini lebih fleksibel. (BT)
lagi dengan pekerja. Yang dulunya pekerja pukul 08.00 Wita sudah ada di sana,
istirahat pukul 12.00 Wita dan pulang pukul 17.00 Wita, kini lebih fleksibel. (BT)