Bagi para penggemar lawakan legendaris Warkop DKI, nama Jack John atau yang akrab dijuluki Jack Jumbo mungkin tidak asing.
Pria bertubuh tambun ini memiliki daya tarik tersendiri di layar lebar Indonesia era 70-an hingga 80-an.
Dengan berat badan mencapai 150 kilogram, Jack John menjadi ikon unik dalam dunia perfilman tanah air, dikenal karena perawakannya yang mencolok sekaligus perannya yang tak kalah mencuri perhatian.
Lahir dengan nama asli Jack Johannes pada 23 April 1934 di Banda Neira, Maluku, perjalanan hidupnya penuh warna.
Jack sempat mengalami perubahan fisik drastis sejak kecil.
Pada usia 9 tahun, ia yang semula kurus seperti penderita cacingan, tiba-tiba mengalami kenaikan berat badan usai mendapat resep dari dokter.
Sejak saat itu, nafsu makannya meningkat drastis—ia bisa makan 4-5 kali dalam sehari dan menenggak 5-6 liter minuman.
Tak heran, ia memerlukan bahan kain khusus hanya untuk satu set pakaian, bahkan ikat pinggangnya pun sepanjang 1,6 meter.
Meski sering dikira meniru Jalal karena bentuk tubuh mereka yang serupa, Jack menegaskan dirinya lebih dulu terjun ke dunia seni peran.
Ia pertama kali bersentuhan dengan film pada 1947 dalam produksi Wajah Malam.
Namun karena penghasilan dari dunia film belum mencukupi, ia sempat banting setir menjadi sopir bus malam.
Sayangnya, nasib buruk menimpanya saat ia terlibat kecelakaan yang merenggut nyawa seseorang, membuatnya harus kehilangan SIM selama lima tahun.
Setelah masa kelam itu, Jack kembali mencoba peruntungan di dunia film.
Ia mulai aktif kembali pada akhir 70-an lewat film seperti Modal Dengkul Kaya Raya dan Goyang Sampai Tua masing-masing disutradarai oleh Pitrajaya Burnama dan Ratno Timoer.
Meski sering diberi peran kocak karena bentuk tubuh dan kepalanya yang pelontos, Jack sebenarnya mendambakan peran yang lebih serius.
Ia bahkan rajin mencukur rambutnya tiap tiga hari demi mempertahankan penampilan ikoniknya, meski mengaku pernah bereksperimen dengan kumis dan janggut yang ternyata kurang “menjual”.
Selain film, Jack sempat tergabung dalam grup lawak Mamadi Grup bersama Dulkamdi dan Slamat Harto.
Namun, karena aktivitas grup tersebut minim, Jack lebih sering tampil solo—termasuk dalam iklan televisi.
Meski sering dianggap pelawak, ia secara jujur mengaku gugup tiap kali harus melawak di atas panggung, dan merasa kurang cocok dengan dunia komedi.
Tahun 1970-an menjadi puncak kariernya di perfilman.
Dalam kurun 1979 saja, ia muncul di tujuh film berbeda, termasuk Sepasang Merpati, Penangkal Ilmu Teluh, dan Iramaya Si Anak Tiri yang turut dibintangi penyanyi cilik Ira Maya Sopha.
Ia juga tampil dalam Si Boneka Kayu Pinokio bersama pelawak Ateng dan Iskak.
Salah satu peran terkenalnya adalah sebagai karakter Robot dalam Manusia 6 Juta Dollar dan Gadis Bionik.
Di film ini, meski berperan sebagai antagonis, kehadiran Jack sangat menonjol dan mudah diingat.
Ia kembali tampil dalam versi sekuel film tersebut pada 1982 meski kali ini tak melibatkan grup Warkop DKI.
Secara keseluruhan, Jack membintangi 24 judul film.
Dua film terakhirnya, Pencuri Cinta dan Asal Tahu Saja tayang pada 1984.
Setelah itu, Jack John perlahan menghilang dari sorotan publik hingga kabar kepergiannya pada tahun 1988 di Jakarta.
Meski perjalanan kariernya tak selalu mulus, sosok Jack John tetap dikenang sebagai bagian dari sejarah komedi dan perfilman Indonesia—ikon berbadan besar yang memberikan warna tersendiri dalam sinema negeri ini. (TB)