Sejarah Desa Adat Yeh Poh Manggis Karangasem, Telah Dihuni Sejak Abad Keempat

Author:
Share

 

Desa Adat Yehpoh merupakan desa adat yang berada di wilayah Manggis, Karangasem, Bali. Desa adat ini telah ditinggali sejak abad keempat.

Dikutip dari perarem Desa Adat Yeh Poh, disebutkan jika pada abad keempat, terdapat keluarga yang bermukim di Bukit Petak sebanyak 5 keluarga, di Kelawah 4 keluarga, di Pikat 4 keluarga, serta di Banjar Kelodan sebanyak 8 keluarga. Sementara itu, di Banjar Timbul terdapat 4 keluarga, lama kelamaan jumlah penghuni semakin banyak.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai mengolah nira atau tuak aren menjadi gula. Selain itu mereka juga bercocok tanam dan setiap enam bulan menghasilkan buah-buahan khususnya mangga atau poh. Mangga banyak sekali tumbuh di sana.

Kehidupan masyarakat pun damai dan makmur apalagi wilayah tersebut memiliki tanah yang subur dan sumber air melimpah.

Pada abad keenam belas, Dalem Ki Pasek Muter dari Selat Duda mengutus warga ke sana dan menetapkan pendirian Desa Adat Yehpoh dengan 25 orang sebagai penduduk awalnya. Nama Yehpoh digunakan dikarenakan warga menggantungkan hidup pada air utamanya nira dan buah yakni poh atau mangga.

Wilayah Desa Adat Yehpoh berbatasan dengan Tukad Buluh di timur, sungai di barat, laut di selatan, serta utara Bukit Jambul, Bukit Mintu, dan Bukit Nganta.

Seiring perkembangan, banyak masyarakat yang tinggal di pesisir Desa Adat Yehpoh. Kemudian wilayah desa adat ini dimekarkan dan dibentuklah Desa Adat Tanah Ampo untuk wilayah pesisir.

Desa Adat Yehpoh awalnya terbagi menjadi tujuh Banjar, yaitu Banjar Kelawah, Banjar Timbul, Banjar Pikat, Banjar Pateh, Banjar Kelodan, Banjar Pasek/Kanginan, dan Banjar Kawan.

Banjar Kawan dihuni oleh masyarakat yang pindah dari Bukit Petak dan kemudian membuat pemaksan.

Seiring perkembangan, beberapa banjar mengalami perubahan, seperti Banjar Kelawah yang dibubarkan dan digabung ke Banjar Kelodan. Banjar Timbul juga dibubarkan dan warganya dipindahkan ke Banjar Pasek/Kanginan. 

Selain itu, Banjar Pikat dihapus dan digabungkan ke banjar di wilayah Manggis yang kini dikenal sebagai Banjar Belong. Sementara itu, Banjar Pateh tetap berfungsi sebagai banjar yang berdiri sendiri hingga saat ini.

Selanjutnya, 25 penduduk awal di desa adat Yehpoh dikenal dengan sebutan Desa Selae. 25 orang itu mendapat tanah dari desa adat dengan kewajiban “Medesa Selae” yang berarti “Ngayahang Desa”. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!