Dalam ajaran Hindu di Bali, terdapat tradisi yang dikenal dengan nama upacara Ngempugin. Ritual ini dilaksanakan saat bayi mulai tumbuh gigi pertamanya.
Tujuan utama dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas pertumbuhan si anak, sekaligus memohon agar proses pertumbuhan giginya berjalan dengan baik dan sehat.
Ngempugin bukan hanya sekadar seremonial, namun juga merupakan bentuk pemujaan kepada beberapa manifestasi Tuhan.
Para dewa yang dihaturkan sembah dalam upacara ini antara lain:
- Bhatara Surya, sebagai Dewa Matahari yang dipercaya menjadi saksi melalui sinarnya.
- Bhatara Brahma, Dewa Pencipta, yang dimohonkan agar memberikan kekuatan pada gigi dan gusi anak.
- Dewi Sri, lambang kemakmuran, yang dipuja agar gigi anak tumbuh bersih, kuat, dan bebas dari gangguan seperti jamur atau ulat.
Pelaksanaan upacara Ngempugin disesuaikan dengan kondisi ekonomi masing-masing keluarga.
Secara umum, terdapat dua jenis tingkatan dalam pelaksanaannya:
- Upacara sederhana menggunakan petinjo kukus yang dipadukan dengan telur.
- Upacara yang lebih lengkap memakai petinjo kukus bersama ayam atau itik serta dilengkapi dengan tataban.
Ritual ini umumnya dilaksanakan di rumah dan dipimpin oleh seorang pandita, pinandita, atau anggota keluarga tertua.
Waktu terbaik untuk menggelar upacara adalah saat matahari mulai terbit, sebagai simbol awal yang suci dan penuh harapan.
Tahapan dalam upacara Ngempugin dimulai dengan persembahan kepada Hyang Widhi Wasa.
Setelah itu, bayi akan dinatab atau didoakan untuk keselamatannya.
Usai prosesi, sang bayi diberikan sesajen yang telah disucikan, lalu gusinya digosok dengan daging dari sesajen sebagai simbol penguatan dan pemurnian.
Mantra yang dibacakan dalam upacara ini memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar gigi anak tumbuh kuat dan tidak terserang penyakit. Berikut kutipan mantranya:
Om Hyang Surya, Brahma ndih empug saka wetan untune si anu (sebut nama anak), wesi kari pinaka untune, bumi kari pinaka gusine arata jajare kaya walandingan sinigar, sira Bhetari Sri angelukata untune si anu (sebut lagi nama anak) tan keneng jamuran, tan keneng subatahan munggah ke untune maha Bhatari Siwa Bumi Maha Sidhi.
Artinya:
Om Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Hyang Surya, semoga gigi si anak tumbuh sehat dan kuat. Mohon Bhetari Sri berkenan mensucikan agar giginya terhindar dari penyakit.
Ngempugin menjadi salah satu upacara penting dalam siklus kehidupan anak di Bali.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga merepresentasikan harapan dan doa terbaik dari orang tua untuk masa depan anak mereka. (TB)