13 Ribu Pecalang Bali Nyatakan Sikap Tegas Tolak Premanisme Berkedok Ormas

Author:
Share

Sebanyak 13.000 pecalang dari 1.500 desa adat di seluruh Bali menyatakan sikap tegas menolak segala bentuk premanisme yang berlindung di balik identitas organisasi kemasyarakatan (ormas). Pernyataan tersebut disampaikan secara resmi dalam acara Gelar Agung Pecalang yang digelar di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, pada Sabtu, 17 Mei 2025.

Dalam momentum yang dihadiri ribuan pecalang dari berbagai kabupaten/kota di Bali ini, Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, menegaskan bahwa pecalang adalah ujung tombak dalam menjaga kehormatan, ketertiban, dan warisan budaya Bali.

“Sejak zaman leluhur, pecalang telah menjadi penjaga utama tanah Bali. Hari ini, kami menyatakan menolak segala bentuk kriminalitas dan tindakan anarkis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang menyalahgunakan identitas ormas,” tegasnya.

BACA JUGA  Siaran TV Digital Jangkau 90 Persen Bali Utara, Turyapada Tower Siap Jadi Ikon Wisata Dunia

Isi Deklarasi: Tiga Sikap Tegas Pecalang Bali

Deklarasi yang dibacakan dalam acara tersebut mencakup tiga poin utama:

  1. Menolak kehadiran ormas yang bertindak di luar kewenangannya dengan melakukan premanisme, kekerasan, dan intimidasi terhadap masyarakat.
  2. Mendukung penuh TNI dan Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Bali.
  3. Mendorong penindakan tegas terhadap kelompok atau ormas yang terbukti melakukan tindakan yang meresahkan dan melanggar hukum.

Selain itu, para pecalang juga menyatakan dukungan terhadap sistem keamanan berbasis desa adat melalui program Sipandu Beradat dan Bankamda sebagai upaya penguatan kearifan lokal dalam menjaga ketenteraman dan stabilitas sosial.

BACA JUGA  Giri Prasta Datangi Ogoh-ogoh Terbakar di Wangaya Kelod Denpasar, Beri Segepok Uang pada Sekaa Teruna

Pecalang Bukan Hanya Simbol, Tapi Pilar Keamanan Adat Bali

Dalam sambutannya, Ida Penglingsir Agung juga menekankan bahwa fenomena meningkatnya ormas berkedok preman menjadi ancaman serius yang harus diantisipasi bersama. Ia mengingatkan bahwa keamanan di Bali telah sejak lama dikelola dengan baik melalui sinergi antara desa adat, pecalang, dan aparat negara.

“Pecalang bukan hanya simbol budaya, tetapi bagian integral dari sistem keamanan adat yang selama ini terbukti efektif dan harmonis dengan TNI/Polri,” jelasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya terus mendorong pemerintah provinsi untuk memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan pecalang, termasuk pemberian insentif sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi mereka dalam menjaga Bali dari dalam.

BACA JUGA  Saat HUT Ke-421 Kota Singaraja Koster Janji Lanjutkan Shortcut Singaraja–Mengwitani, Bangun Sports Center hingga Pelabuhan Sangsit

Menjaga Bali dari Ancaman Tersembunyi

Deklarasi ini muncul di tengah kekhawatiran masyarakat akan munculnya kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan identitas ormas untuk melakukan aksi intimidasi. Dengan adanya sikap kolektif ini, desa adat di Bali menegaskan posisi mereka sebagai benteng terakhir dari nilai-nilai kearifan lokal dan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

“Ini bukan sekadar acara seremonial, ini adalah pernyataan hati dan tekad kami untuk menjaga Bali dari ancaman tersembunyi,” pungkas Ida Penglingsir Agung. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!