Agung Ketut Rai adalah bukti nyata bahwa ketekunan dan kejujuran bisa menjadi jembatan menuju kesuksesan. Pria asal Banjar Timbul, Desa Pupuan, Tegallalang, Gianyar ini bukan hanya penyanyi lagu viral “Timpal Sirep,” tapi juga sosok inspiratif yang berhasil membuktikan bahwa musik bisa lahir dari tangan rakyat biasa.
Kehidupan Sebelum Terkenal
Lahir tahun 1977, Agung tumbuh dalam keluarga sederhana dan sempat harus menghentikan sekolah karena kendala ekonomi. Ia menjalani keseharian sebagai penjual kelapa dan kayu, pekerjaan yang masih dilakoninya hingga kini meskipun telah dikenal publik. Dalam setiap kelapa yang dijual, tersimpan mimpi besar tentang panggung dan karya.
Musik sebagai Jalan Hidup
Agung tidak pernah menjalani pendidikan formal musik, namun kecintaannya pada lagu dan budaya Bali membawanya menulis dan menggubah sendiri karya-karyanya. Musik menjadi sarana untuk mengungkapkan realitas sosial dengan nuansa humor dan sindiran halus khas masyarakat Bali. Dari lirik sederhana hingga penampilan jenaka, semuanya lahir dari pengalaman hidup.
Perilisan “Timpal Sirep” dan Respons Publik
Lagu “Timpal Sirep” dirilis pada 2 Mei 2025 melalui YouTube dan Apple Music. Dengan gaya koplo-dangdut Bali dan durasi lima menit, lagu ini langsung menyita perhatian. Dibantu Gede Manesa sebagai pengaransemen, Agung menyusun sendiri lirik dan komposisinya. Lagu ini ditonton lebih dari 1,8 juta kali dalam beberapa bulan dan menjadi pembicaraan hangat di Bali.
Meski sempat dituduh meniru “Konco Turu” milik Nella Kharisma, Agung menegaskan bahwa lagunya merupakan bentuk penghormatan dan bukan plagiat.
Gaya Unik dan Kedekatan dengan Penonton
Penampilannya ikonik: rambut panjang sebahu dengan wet-look, kacamata putih, dan celana merah menyala. Di panggung, ia dikenal dengan sapaan khas “Salam Aroohh!” yang menjadi ciri khasnya. Karakternya yang rendah hati dan jenaka membuatnya disukai lintas usia dan kalangan.
Aktivitas Sosial dan Filosofi Hidup
Meski kini kerap tampil dalam festival budaya besar, seperti Karangasem Festival, Agung tetap menjual kelapa langsung ke pasar. Ia percaya bahwa kesuksesan sejati tidak mengubah akar identitas. Bahkan, ia bermimpi membuka lapangan pekerjaan bagi warga kampungnya melalui industri kreatif lokal.
Agung Ketut Rai adalah simbol dari kekuatan mimpi yang dipadukan dengan kerja keras. Dari ladang kelapa hingga panggung musik digital, kisahnya menjadi inspirasi nyata bagi generasi muda Bali dan Indonesia. Ia membuktikan bahwa musik rakyat bukan sekadar hiburan, tapi juga alat perjuangan dan pengingat identitas. (TB)