Dalam kehidupan spiritual masyarakat Bali, air suci atau tirta memiliki peranan penting sebagai simbol pembersihan lahir dan batin. Ketika seseorang bermimpi tentang air suci, hal ini kerap dianggap sebagai pengalaman spiritual yang sarat makna. Lalu, apa tafsir mimpi air tirta menurut primbon dan tradisi Bali?
Air Suci dalam Konteks Hindu Bali
Tirta dalam tradisi Hindu Bali tidak hanya berfungsi sebagai air ritual, tetapi juga sebagai medium pembersih energi negatif dan penghantar doa. Mimpi tentang air tirta biasanya muncul dalam konteks pencarian makna hidup, pembersihan diri, atau transisi spiritual.
Jika seseorang bermimpi meminum air suci, itu sering diartikan sebagai pertanda pencerahan, penerimaan berkah, atau pembukaan cakra spiritual. Sedangkan jika bermimpi dimandikan dengan tirta oleh pemangku atau tokoh suci, hal tersebut bisa mencerminkan proses penyucian diri dari beban karma.
Simbolisme dan Pesan yang Dibawa
Berdasarkan primbon Bali, mimpi air suci yang jernih menandakan ketenangan batin dan kehadiran energi positif. Sebaliknya, jika air terlihat keruh atau tercemar, bisa menjadi peringatan akan adanya gangguan spiritual atau ketidakseimbangan dalam hidup.
Mimpi ini juga sering terjadi pada orang yang baru saja menjalani perubahan besar dalam hidup—seperti pernikahan, kehilangan orang tua, atau proses penyembuhan dari sakit berat. Dalam praktik umum, mimpi ini diyakini sebagai bentuk penyadaran diri dan ajakan untuk kembali pada keharmonisan spiritual.
Petunjuk Ritual dan Introspeksi
Setelah mengalami mimpi tentang air suci, banyak yang memilih melakukan sembahyang di pura atau melakukan melukat (ritual penyucian diri) di tempat suci seperti Tirta Empul. Tindakan ini diyakini dapat memperkuat pesan mimpi dan membersihkan aura negatif yang mungkin terbawa dari alam bawah sadar.
Mimpi air suci tirta dalam tradisi Bali bukan sekadar bunga tidur, tetapi bisa menjadi simbol penyucian, penerimaan berkah, dan pencerahan spiritual. Untuk memahami pesan ini secara mendalam, keseimbangan antara intuisi, ajaran adat, dan refleksi diri menjadi kunci utamanya. (TB)