Sejarah Desa Berangbang Jembrana, Dulu Sebuah Kerajaan yang Didirikan Dalem Sueca Pura

Author:
Share
Desa Berangbang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Desa ini terkenal dengan budaya khasnya, salah satunya adalah tradisi balapan sapi gerumbungan yang rutin diselenggarakan. Namun, sebelum menjadi desa yang berkembang seperti saat ini, Berangbang memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan masa kerajaan dan kolonial Belanda.  
Pada akhir abad ke-19, wilayah yang kini menjadi Desa Berangbang masih berupa hutan belukar lebat yang dikenal sebagai Rimba Raya Berangbang. Pada masa kolonial Belanda, kawasan ini dijadikan cagar alam yang disebut sebagai Hutan GG dan dilindungi oleh peraturan pemerintah Hindia Belanda.  
Sejarah mencatat bahwa jauh sebelum masa kolonial, sekitar tahun 1580, wilayah ini merupakan bagian dari Kerajaan Berangbang yang didirikan oleh Dalem Sueca Pura dari Kerajaan Gelgel. Kerajaan ini muncul setelah Gelgel menaklukkan wilayah Blambangan di Jawa Timur pada masa pemerintahan Sri Resi Waturenggong Kepakisan.  
Raja pertama Kerajaan Berangbang adalah I Gusti Ngurah Basang Tamiyang, yang merupakan putra Perdana Menteri Dalem Gelgel. Kerajaan ini dibangun oleh prajurit Gelgel serta tawanan perang dari Blambangan. 
Pusat kerajaan Berangbang saat itu berada di dataran tinggi, yang kini masih menyimpan peninggalan sejarah berupa artefak kuno, seperti pecahan keramik dan benda-benda berbahan logam yang diyakini berasal dari masa kerajaan.  
Pada tahun 1713, terjadi peralihan dari sistem kerajaan ke bentuk permukiman yang lebih terbuka. Berangbang mulai berkembang sebagai desa dengan pembukaan lahan hutan untuk permukiman dan pertanian.  
Pada tahun 1887, pemerintah Landschap Jembrana, yang saat itu dipimpin oleh Raja Jembrana, Ida Anak Agung Made Rai, mengizinkan masyarakat dari Desa Bale Agung untuk bergabung dengan Berangbang. Pada masa ini, Berangbang resmi menjadi desa dengan pemimpin pertamanya, Pan Mukarena.  
Seiring waktu, pemerintahan desa terus berkembang. Beberapa kepala desa yang pernah memimpin Berangbang antara lain Pan Sudasning yang mengembangkan pertanian dengan menanam kelapa, buah-buahan, dan tanaman pangan seperti padi gaga serta palawija. 
Kemudian Gagus Dresna melanjutkan program pertanian dan pengelolaan desa, diikuti oleh Pan Rewa yang menguatkan sistem pemerintahan desa. Setelahnya, kepemimpinan diteruskan oleh Pan Kencan yang melanjutkan program pengembangan desa, diikuti oleh I Wayan Rewa yang menjadi perbekel pertama setelah sistem kepemimpinan berubah.  
Pada tahun 1956 hingga 1965, jabatan perbekel dipegang oleh I Ketut Sanem yang kemudian digantikan oleh I Ketut Wellem dari tahun 1966 hingga 1978. Setelah itu, I Ketut Satra memimpin dari tahun 1978 hingga 1988 sebelum akhirnya kembali digantikan oleh I Ketut Wellem yang menjabat hingga 1998. 
Pada 4 Agustus 1998, kepemimpinan desa Berangbang beralih kepada I Made Saha Arimbawa yang menjabat hingga tahun 2006 dan kembali terpilih untuk periode 2007 hingga 2013.  
Selain perkembangan administratif, Desa Berangbang juga menyimpan berbagai peninggalan sejarah yang masih dapat ditemukan hingga kini. Salah satunya adalah Singsing Tukad Berangbang, sebuah sungai yang dulunya menjadi pusat aktivitas kerajaan dan dipercaya menyimpan benda-benda pusaka. 
Selain itu, terdapat pula Gunung Sloka Belambangan yang menjadi bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan masa lalu. Sejumlah artefak seperti pecahan keramik kuno, kuping kuali besar, serta beberapa sarkofagus juga ditemukan di desa ini, menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki sejarah panjang.  
Hingga saat ini, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengungkap lebih dalam tentang sejarah Kerajaan Berangbang. Sejumlah temuan seperti kekawin atau lagu-lagu kuno Bali dan sarkofagus menjadi bukti bahwa desa ini memiliki sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri. (TB)
       

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!