Berkat Matematika, Suling Karya Adi Wira Nata Asal Gianyar Tembus Pasar Global

Author:
Share
Adi Wira Nata bersama bule pembeli suling

Tak semua lulusan perguruan tinggi mengejar karier sebagai pegawai negeri. I Made Adi Wira Nata Putra (30), seorang pemuda asal Gianyar, Bali, justru memilih jalan berbeda dengan menekuni usaha pembuatan suling. 
Berbekal ilmu matematika yang ia pelajari semasa kuliah di Jurusan Pendidikan Matematika Undiksha, Adi menciptakan suling unik yang kini sudah menembus pasar internasional.  
Dikenal dengan panggilan Dek Adi, ia menerapkan prinsip-prinsip matematika dalam pembuatan suling, terutama untuk menghasilkan nada non-standar. Keunikan inilah yang membuat karyanya berbeda dari suling konvensional. 
Dalam wawancara melalui telepon pada Kamis, 30 Januari 2025, Dek Adi mengungkapkan bahwa awalnya ia hanya coba-coba membuat suling karena kesulitan menemukan satu set suling yang lengkap untuk dirinya sendiri.  
“Saya dulu sering ikut megambel, misalnya mengiringi pertunjukan calonarang. Tapi saat itu saya hanya punya suling seadanya. Mau beli satu set, belum ada uang. Jadi saya coba buat sendiri,” ujarnya.  
Dalam proses pembuatannya, ia sempat berkonsultasi dengan beberapa perajin suling, tetapi setiap pembuat memiliki teknik dan gaya berbeda. Agar tidak bingung, ia memutuskan mencari metode sendiri, sekaligus memanfaatkan ilmu matematika yang ia pelajari. Sedikit demi sedikit, ia menemukan pola matematis yang membantu menciptakan suling dengan akurasi nada yang tinggi.  
Dari sekadar hobi, usaha suling ini berkembang setelah ia mulai menjual hasil karyanya kepada teman-temannya semasa kuliah. Kini, ia memanfaatkan media sosial seperti TikTok dan Instagram untuk promosi. “Kalau video saya masuk FYP, biasanya langsung banyak yang pesan,” ungkapnya.  
Matematika dan fisika juga membantunya menciptakan suling dengan nada khusus yang tidak lazim. “Kalau ada pesanan dengan nada unik dan sulit, saya menerapkan konsep barisan geometri, aritmetika, serta teori pipa organa,” jelasnya.
Ia bahkan pernah membuat suling sepanjang satu meter yang harus dikirim ke luar kota. Agar mudah dikirim, ia merancang suling bongkar pasang, dengan perhitungan titik pemotongan yang tepat agar nada tetap terjaga.  
Keunikan metode yang ia kembangkan juga menjadi bahan tesisnya saat menempuh S2, dengan judul Kajian Etnomatematika pada Seruling Bali. Kini, suling buatannya telah sampai ke berbagai negara seperti Nepal, Jepang, Australia, Amerika Serikat, Italia, hingga Ukraina. 
Dalam sebulan, ia rata-rata menjual 100 suling, dengan bantuan keluarganya dalam proses produksi. Selain suling, ia juga menerima pesanan rindik serta jasa perbaikan alat musik tradisional tersebut.  
Tak hanya menjadi perajin, Dek Adi juga sering diundang tampil di hotel dan restoran untuk memainkan suling dengan aransemen lagu-lagu populer. Di luar itu, ia tetap menyalurkan ilmu matematikanya dengan mengajar les di sebuah bimbingan belajar di Denpasar.  
Dengan harga yang bervariasi antara Rp70 ribu hingga Rp1,5 juta, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan, suling karyanya semakin diminati. Untuk bahan baku, ia mengambil bambu dari daerah Suter, Kintamani, Bangli.
“Matematika itu luas, bisa diaplikasikan dalam banyak hal, termasuk membuat suling,” pungkasnya. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!