Hujan lebat mengguyur Bali hampir 24 jam nonstop sejak 9 hingga 10 September 2025 lalu. Curah hujan yang sangat tinggi itu memicu banjir besar di sejumlah wilayah.
Banjir kali ini disebut sebagai yang terbesar melanda Bali dalam kurun waktu 70 tahun terakhir. Sejumlah kawasan terendam, rumah warga rusak, hingga korban jiwa dilaporkan hilang terseret arus.
Presiden Prabowo yang kemarin meninjau langsung lokasi terdampak banjir, sempat mendengar cerita haru dari warga yang tinggal di pinggir aliran sungai. Mereka menceritakan bagaimana bencana datang tiba-tiba pada dini hari, sekitar pukul 03.00 Wita, saat sebagian besar warga masih terlelap dalam tidur.
Dalam suasana gelap dan derasnya hujan, suara anjing-anjing peliharaan di lingkungan rumah mendadak menggonggong tak henti-henti. Gonggongan itu memecah keheningan malam dan membuat warga terbangun. “Kalau tidak ada suara anjing, mungkin kami tidak akan sadar air sudah setinggi itu,” ujar salah seorang warga setempat.
Begitu tersadar, para warga bergegas keluar rumah. Mereka menyelamatkan barang berharga seadanya, lalu mencari tempat yang lebih tinggi dan aman untuk mengungsi. Berkat insting hewan peliharaan itu, banyak warga berhasil menghindari bahaya yang lebih besar.
“Anjing-anjing ini seperti pahlawan bagi kami. Mereka menyelamatkan hidup kami,” tutur warga lainnya dengan mata berkaca-kaca, mengenang detik-detik banjir besar menerjang.
Kisah ini menjadi salah satu potret kecil dari tragedi banjir besar Bali. Di balik kerugian dan korban yang jatuh, ada pula cerita tentang harapan, tentang ikatan antara manusia dan hewan peliharaan yang ikut berperan dalam menyelamatkan nyawa. (TB)