Jero Happy Salma Miliki Gelar Sarjana Filsafat Hindu, Artis Asal Bandung yang Jadi Keluarga Puri Ubud

Author:
Share

Perjalanan hidup Happy Salma sebagai seorang aktris, produser teater, sekaligus pegiat budaya Indonesia kembali menarik perhatian publik setelah dirinya resmi menyandang gelar sarjana Ilmu Filsafat Hindu dari Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar pada Mei 2025. Bukan sekadar pencapaian akademik, keputusannya untuk menekuni filsafat Hindu membuka ruang refleksi lebih dalam tentang hubungan seni, budaya, dan spiritualitas.

Bagi Happy Salma, dunia seni bukan hanya panggung hiburan, melainkan medium untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan. Selama lebih dari dua dekade berkiprah di dunia perfilman, teater, dan literasi, ia kerap terlibat dalam karya-karya yang mengangkat warisan budaya Nusantara, terutama Bali dan Jawa.

Namun, di balik itu semua, ada dorongan batin untuk memahami akar filosofis dari seni yang ia jalani. Filsafat Hindu dipilih sebagai jalur akademik karena dianggap paling dekat dengan dunia yang ia geluti: dunia yang sarat simbol, makna, dan spiritualitas.

BACA JUGA  Ketua Komisi IV DPRD Bali Soroti Ketidakpastian Arah Pendidikan Nasional Akibat Seringnya Pergantian Kurikulum

Belajar filsafat Hindu memberi dirinya pijakan. Apa yang ia alami dalam berkesenian, kini memiliki kerangka berpikir yang lebih jelas.

Dalam perjalanannya menempuh pendidikan, Happy mendalami berbagai konsep penting filsafat Hindu, termasuk Tri Hita Karana, yakni harmoni antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam. Konsep inilah yang menurutnya bisa menjadi dasar dalam melihat peran seni sebagai jembatan kehidupan.

Seni bukan sekadar hiburan, melainkan sarana menjaga keseimbangan. Melalui seni, manusia bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, mempererat hubungan sosial, sekaligus merawat alam tempat berpijak. Filosofi inilah yang kemudian berusaha ia aplikasikan, baik dalam karya-karyanya maupun aktivitas budaya yang ia jalankan bersama komunitas.

BACA JUGA  Kemana Arah Pendidikan Kita

Skripsi yang ia susun berjudul Sudamala dari Epilog Calonarang di Kota Solo. Tema ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari pencariannya untuk memahami bagaimana karya seni tradisional seperti teater dan tari sarat dengan pesan filosofis.

Sudamala, yang berarti penyucian, menjadi refleksi bagi manusia untuk terus membersihkan diri dari kegelapan batin. Dalam pandangan filsafat Hindu, proses penyucian diri adalah perjalanan spiritual yang tidak pernah selesai, dan seni menjadi medium yang mampu menghadirkannya secara nyata di hadapan masyarakat.

BACA JUGA  Wagub Bali Giri Prasta Ajak Anak Muda Jauhi Mabuk-mabukan dan Narkoba

Menjalani kuliah di usia 40-an bukan hal mudah. Namun Happy membuktikan bahwa menuntut ilmu tidak mengenal usia. Dalam 2,5 tahun ia berhasil menyelesaikan studi S1 Filsafat Hindu, sekaligus memberi pesan kuat bahwa pembelajaran adalah proses seumur hidup.

Lebih dari sekadar gelar, pendidikan ini memperkaya perspektifnya dalam memandang kehidupan. Seni dan budaya yang selama ini ia jalani menemukan ruang filosofis yang lebih kokoh. Baginya, filsafat Hindu bukan hanya teks akademis, melainkan jalan hidup yang mengajarkan keseimbangan, harmoni, dan kesadaran diri. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!