![]() |
Pantai Tanah Barak |
Desa Kutuh, yang terletak di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, dikenal sebagai salah satu desa dengan pendapatan tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2018, desa ini mencatatkan pendapatan hingga 50 miliar rupiah per tahun, dengan laba bersih sebesar 14,5 miliar rupiah. Namun, di balik kesuksesan ini, Desa Kutuh memiliki sejarah panjang yang penuh nilai budaya dan tradisi.
Sejarah Desa Kutuh dimulai pada tahun 1682, di masa pemerintahan Raja Badung, Ida Cokorda III atau Kyai Anglurah Pemecutan III. Dalam sebuah perjalanan ke hutan belantara di selatan Pulau Bali, raja bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Ni Rangdu Kuning.
Wanita ini dikenal memiliki pesona luar biasa, hingga membuat Sang Raja jatuh cinta dan menikahinya. Dari pernikahan ini lahirlah seorang putra bernama I Gusti Ngurah Ungasan.
Namun, setelah waktu berlalu, Sang Raja kembali ke Puri Pemecutan dan tak pernah kembali ke hutan tersebut. Ni Rangdu Kuning, yang tinggal bersama putranya, akhirnya pindah ke wilayah yang kini dikenal sebagai Kutuh.
Nama Kutuh berasal dari banyaknya pohon kayu Kutuh yang tumbuh besar di daerah tersebut. Hingga kini, jejak pohon-pohon besar itu masih bisa ditemukan, menjadi saksi bisu sejarah desa ini.
Pada masa penjajahan Belanda, Desa Kutuh ditetapkan sebagai wilayah perbekelan, dipimpin oleh seorang perbekel. Namun, pada tahun 1941, ketika kekuatan kolonial Belanda mulai melemah, Desa Kutuh digabungkan dengan Desa Ungasan dan beroperasi sebagai satu pemerintahan hingga tahun 2002.
Setelah melalui proses panjang, masyarakat Desa Kutuh, bersama para tokoh adat, mengupayakan pemisahan dari Desa Ungasan. Pada 25 Juni 1999, Desa Kutuh resmi menjadi Desa Persiapan melalui keputusan Gubernur Bali Nomor 273 Tahun 1999.
Untuk mengelola pemerintahan, Drs. I Nyoman Mesir diangkat sebagai Kepala Desa Persiapan Kutuh, didampingi Ir. I Nyoman Camang sebagai sekretaris desa.
Akhirnya, pada 12 Maret 2002, Desa Kutuh ditetapkan sebagai desa definitif melalui Surat Keputusan Bupati Badung Nomor 342 Tahun 2002. Peresmian dilakukan oleh Bupati Badung, Anak Agung Oka Ratmadi, SH, menandai awal perjalanan Desa Kutuh sebagai wilayah yang mandiri.
Kini, Desa Kutuh menjadi salah satu desa yang berhasil mengelola potensi lokal secara optimal, baik dari sektor pariwisata maupun ekonomi. Keberhasilan ini tidak terlepas dari sejarah panjang perjuangan masyarakatnya, yang terus menjaga tradisi, budaya, dan semangat kerja sama. Desa Kutuh tidak hanya menjadi simbol kemajuan ekonomi, tetapi juga warisan sejarah yang bernilai bagi generasi mendatang. (TB)