Lonjakan jumlah siswa di SMKN 1 Singaraja yang kini mencapai sekitar 1.700 orang membuat sekolah kejuruan tersebut menghadapi tantangan serius dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kondisi keterbatasan ruang menyebabkan sekolah harus menerapkan sistem belajar double shift atau dua sesi, agar seluruh siswa tetap dapat mengikuti pelajaran.
Hal itu terungkap saat Ketua Komisi IV DPRD Bali, Nyoman Suwirta, S.Pd., M.M., bersama tim melakukan kunjungan kerja ke SMKN 1 Singaraja, Jumat (31/10/2025). Ia mengaku terkejut melihat kapasitas sekolah yang relatif sempit, namun mampu menampung ribuan siswa dari berbagai jurusan.
“Luar biasa, dengan lahan terbatas sekolah ini bisa menampung hingga 1.700 siswa. Tapi tentu kondisi seperti ini tidak ideal bagi proses belajar,” ujar Suwirta.
Menurut Suwirta, pihak sekolah bersama para guru telah berupaya maksimal mengatur sistem penerimaan siswa baru agar tetap proporsional. Namun, tingginya minat masyarakat terhadap SMKN 1 Singaraja membuat daya tampung yang terbatas menjadi kendala utama. Akibatnya, sejumlah mata pelajaran bahkan harus dijalankan secara daring untuk menyesuaikan keterbatasan ruang kelas.
Dalam dialog bersama guru dan kepala sekolah, pihak sekolah menyampaikan harapan besar agar pemerintah provinsi memberikan dukungan nyata berupa pembangunan gedung baru. Tambahan fasilitas tersebut dinilai penting untuk mengurangi beban kapasitas yang berlebih dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif.
Suwirta menegaskan, Komisi IV DPRD Bali berkomitmen untuk memperjuangkan pemerataan fasilitas pendidikan di seluruh daerah. “Sekolah seperti SMKN 1 Singaraja perlu mendapat perhatian khusus. Pemerataan infrastruktur pendidikan akan menghindarkan kesenjangan antara sekolah yang dianggap favorit dan yang tertinggal,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa dari hasil rapat kerja antara Komisi IV DPRD Bali dan Dinas Pendidikan, telah dialokasikan anggaran sebesar Rp5 miliar untuk pembangunan gedung baru di SMKN 1 Singaraja. Ia berharap rencana tersebut dapat segera terealisasi agar sistem pembelajaran dapat kembali berjalan normal tanpa harus menggunakan pola dua shift.
“Dengan adanya gedung tambahan, kami harap tidak ada lagi overload dan double shift di sekolah ini. Pendidikan harus berjalan dengan nyaman dan merata bagi seluruh siswa,” tutup Suwirta. (TB)
