Jelang Penutupan TPA Suwung, Pemkot Denpasar Kumpulkan Perbekel dan Lurah, Ada Apa?

Author:
Share

Pemerintah Kota Denpasar terus mengintensifkan langkah strategis dalam menghadapi persoalan sampah perkotaan. Salah satunya dengan memperkuat sinergi antara pemerintah kota, desa, dan kelurahan sebagai ujung tombak pengelolaan sampah berbasis sumber.

Komitmen tersebut ditegaskan Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, saat memimpin rapat koordinasi bersama perbekel dan lurah se-Kota Denpasar di Gedung Graha Sewaka Dharma, Senin (15/12).

Rapat koordinasi ini digelar sebagai respons atas kebijakan Pemerintah Provinsi Bali terkait rencana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung yang dijadwalkan pada 23 Desember mendatang. Dalam forum tersebut, seluruh sistem pengelolaan sampah Kota Denpasar dibahas secara komprehensif, termasuk optimalisasi Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R).

Wali Kota Jaya Negara menegaskan bahwa percepatan peningkatan kapasitas pengolahan sampah harian menjadi kebutuhan mendesak, seiring dengan berkurangnya opsi pembuangan akhir.

BACA JUGA  SK PPPK Tahap Pertama Denpasar Diserahkan 27 Mei, Gaji Dobel dan TPP Cair Awal Juni

Menurut Jaya Negara, Pemkot Denpasar telah menjalankan berbagai program pengelolaan sampah berbasis sumber, seperti pengembangan teba modern dan komposter rumah tangga. Hingga saat ini, Denpasar tercatat memiliki 5.940 teba modern dan 12.185 unit komposter.

“Jumlah ini terus kami dorong untuk bertambah, karena secara kapasitas masih belum mencukupi untuk menangani seluruh timbulan sampah yang ada. Selain itu, 24 TPS3R yang tersebar di Denpasar juga harus dioptimalkan secara maksimal,” ujarnya.

Meski upaya terus dilakukan, Jaya Negara mengakui masih terdapat sejumlah kendala di lapangan. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan tenaga kerja di sektor persampahan, meskipun desa dan kelurahan memiliki kemampuan penganggaran.

“Minat masyarakat untuk bekerja di sektor pengolahan sampah masih relatif rendah. Di sisi lain, beberapa TPS3R juga masih membutuhkan tambahan mesin dan sarana pendukung agar kapasitas olahnya meningkat,” jelasnya.

BACA JUGA  18 Unit Rumah Layak Huni Diserahkan di Denpasar, Per Rumah Rp 90 Juta

Seluruh masukan dan kondisi riil tersebut, lanjut Jaya Negara, akan disampaikan kepada Gubernur Bali sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terbaik sebelum penutupan TPA Suwung diberlakukan.

Wali Kota Denpasar juga menegaskan bahwa secara ideal, penutupan TPA Suwung dilakukan setelah beroperasinya Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Fasilitas ini diharapkan mampu menangani residu sampah yang tidak dapat diolah di tingkat desa maupun kota.

Dengan demikian, sistem pengelolaan sampah di Denpasar dapat berjalan lebih berkelanjutan dan tidak semata bergantung pada TPA.

Dalam rapat tersebut, Perbekel Pemecutan Kaja, Anak Agung Ngurah Arwatha, menyampaikan gambaran kondisi pengelolaan sampah di wilayahnya. TPS3R Sari Sedana Bung Tomo saat ini hanya didukung dua petugas, sementara timbulan sampah mencapai 49,38 ton per hari.

BACA JUGA  Pasca Banjir, Pemkot Denpasar Tanam 1.000 Pohon di DAS Tukad Ayung, Tukad Badung dan Tukad Mati

“Dari jumlah tersebut, baru sekitar 1,6 ton per hari yang mampu diolah di TPS3R, sedangkan sisanya masih harus dibuang ke TPA Suwung,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Jaya Negara mengajak seluruh perbekel dan lurah untuk terus berinovasi dan memperkuat edukasi kepada masyarakat. Pengelolaan sampah berbasis sumber dinilai menjadi kunci utama dalam menekan volume sampah sejak dari hulu.

“Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah kota, desa, dan kelurahan, kami optimistis penanganan sampah di Kota Denpasar dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan,” pungkasnya. (TB)

   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!