Sejarah Desa Taman Bali Bangli, Berkaitan dengan Perkembangan Kerajaan-kerajaan di Bali serta Pengaruh Majapahit

Author:
Share

Taman Bali adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali serta pengaruh Majapahit pada abad ke-14.    
Berdasarkan catatan sejarah, leluhur Warga Maha Gotra Tirta Harum (WMGTH) tiba di Bali sekitar tahun 1350 M. Mereka datang bersama Adipati Majapahit, Sri Kresna Kepakisan, yang kemudian dikenal sebagai Dalem Samprangan. Setelah wafat, Sri Kresna Kepakisan dianugerahi gelar Bhatara Dalem Siladri, Bhatara Dalem Bakas, Bhatara Batumadeg, atau Bhatara Tirta Harum.  
Pada tahun 1380 M, leluhur biologis WMGTH kembali ke Bali. Salah satu tokoh penting dalam sejarah ini adalah Sang Hyang Wisnu Buana, yang dikenal pula dengan sebutan Ida Ratu Sakeng Majapahit, Bhatara Guru, Sri Ayu Murub, dan Sang Ratu Madeg ring Wilwe Tika. Ia bertugas mendampingi Dalem Gelgel I dalam menjalankan pemerintahan.  
Dalam perjalanan sejarahnya, terjadi hubungan politik antara Kerajaan Gelgel dan Kerajaan Majapahit. Raja Wengker dari Majapahit menerima seorang istri persembahan dari Raja Gelgel I, yaitu Dewi Njung Hasti atau Dewa Ayu Mas Gegelang. Dewi Njung Hasti adalah putri Sang Pandia Wawau Rauh atau Sang Hyang Subali, yang merupakan kakak dari Sang Jaya Rembat. Dari pernikahan ini lahir seorang putra bernama Sang Angga Tirta.  
Saat Raja Wengker kembali ke Majapahit, Sang Angga Tirta tetap berada di Bali dan diangkat sebagai anak oleh Sang Jaya Rembat. Ia kemudian mendirikan Pura Dalem Tengaling di bekas pasraman leluhurnya. Dari keturunannya inilah berkembang Dinasti WMGTH, yang melahirkan tiga dinasti kerajaan utama di Bali:  
1. Dinasti Kerajaan Tamanbali (1524–1809)  
2. Dinasti Kerajaan Nyalian (1556–1780)  
3. Dinasti Kerajaan Bangli (1516–1945)  
Sang Angga Tirta memiliki empat orang putra, yaitu I Gede Putu atau Sang Anom, Sang Telabah atau I Gusti Kyai Telabah yang diangkat menjadi Anglurah Kuta Badung, Sang Rurung, dan Sang Anjingan.  
Putra sulungnya, Sang Anom, kemudian diangkat menjadi Manca di Tamanbali pada tahun 1524 oleh Dalem Batur Enggong, Raja Gelgel. Ia dianugerahi gelar I Dewa Manca Tamanbali. Dari keturunannya, beberapa tokoh penting dalam pemerintahan kerajaan muncul, seperti:  
– I Dewa Gede Perasi, yang menjadi Manca di Bangli dengan gelar I Dewa Ngurah Denbencingah.  
– I Dewa Pindi, yang awalnya ditempatkan di Puri Gaga, kemudian dipindahkan ke Puri Sidan.  
– I Dewa Kaler, yang memimpin 100 kepala keluarga menuju Desa Getakan, sehingga mendapat gelar I Dewa Ngakan Getakan.  
– I Dewa Ngurah Pemecutan, yang menjadi Raja Tamanbali II.  
Dalam sejarahnya, dikisahkan bahwa Ida Dalem Sang Hyang Subali dari Pura Dalem Karangasem menciptakan sebuah taman yang meniru keindahan taman di Majapahit. Taman ini kemudian diberi nama Tamanbali.  
Pada tahun 1350 M, Kerajaan Gelgel memasuki wilayah Tamanbali yang saat itu masih berbentuk Manca. Putri Raja Gelgel, I Dewa Ayu Mas Kuning, pernah datang ke Tamanbali untuk berobat, karena desa ini terkenal dengan kemampuan pengobatannya. Di sanalah ia bertemu dengan I Dewa Gede Angga Tirta, dan keduanya menjalin hubungan asmara.  
Ketika kabar ini sampai ke Ida Sang Hyang Subali, ia turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pada akhirnya, Sang Hyang Subali menikahkan I Dewa Gede Angga Tirta dengan I Dewa Ayu Mas Kuning. Dari pernikahan ini, lahir keturunan yang meneruskan pemerintahan di Kerajaan Tamanbali.  
Pada tahun 1936, Desa Tamanbali telah berdiri dengan sistem pemerintahan yang lebih terorganisir. Hingga kini, desa ini tetap menjadi bagian penting dalam sejarah dan budaya Bali. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!