Sekaa Teruna se-Desa Adat Denpasar Sepakat Tolak Penggunaan Sound System dalam Pawai Ogoh-ogoh

Author:
Share
Para pemuda atau sekaa teruna se-Desa Adat Denpasar sepakat untuk tidak menggunakan sound system dalam arak-arakan Ogoh-Ogoh menjelang Hari Suci Nyepi Tahun Caka 1947. Keputusan ini diambil dalam rapat koordinasi yang berlangsung di Wantilan Pura Dalem Kahyangan Badung pada Sabtu 15 Maret 2025 yang dipimpin oleh Bendesa Adat Denpasar, Anak Agung Ngurah Alit Wirakesuma.
Rapat ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, serta perwakilan dari kepolisian, TNI, dan OPD terkait.
Dalam pertemuan tersebut, Rai Mantra menegaskan pentingnya menjaga nilai budaya dan spiritual dalam perayaan Nyepi. Ia mendukung penerapan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2024 tentang pelestarian Ogoh-Ogoh di Denpasar, yang bertujuan mempertahankan esensi tradisi Bali.
“Kami berharap semua pihak, termasuk desa adat dan masyarakat, bisa menjaga ketertiban serta tidak menggunakan sound system yang dapat menggeser makna sakral dari tradisi ini,” ujar Rai Mantra.
Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, juga menyambut baik inisiatif para pemuda Desa Adat Denpasar. Ia menyampaikan bahwa Pemkot Denpasar telah menyiapkan berbagai fasilitas untuk mendukung jalannya Pengerupukan, termasuk penyediaan alat musik tradisional seperti baleganjur bagi kelompok yang membutuhkannya.
“Dua set gamelan baleganjur sudah kami siapkan di kawasan Patung Catur Muka untuk mengiringi ogoh-ogoh. Selain itu, fasilitas kesehatan, toilet umum, hingga 2.000 nasi jinggo gratis juga akan disediakan untuk mendukung kelancaran acara,” ungkap Jaya Negara.
Sementara itu, Bendesa Adat Denpasar, Anak Agung Ngurah Alit Wirakesuma, menyatakan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk memastikan pengarakan ogoh-ogoh tetap tertib dan sesuai aturan. Dengan adanya registrasi 87 Sekaa Teruna serta koordinasi ketat dengan pecalang dan aparat keamanan, diharapkan perayaan ini bisa berlangsung aman dan kondusif.
“Kami akan melakukan pemantauan langsung untuk memastikan tidak ada pelanggaran, termasuk penggunaan sound system. Sebagai gantinya, kami mendorong penggunaan alat musik tradisional seperti gamelan dan kulkul,” tegasnya.
Selain itu, Pemkot Denpasar juga mengalokasikan dana tambahan sebesar Rp 20 juta untuk mendukung kreativitas pembuatan ogoh-ogoh. Dengan sinergi antara pemerintah, desa adat, dan aparat keamanan, diharapkan perayaan Pengerupukan tahun ini dapat berjalan dengan khidmat, tertib, dan tetap mencerminkan nilai budaya Bali. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!