Desa Datah, terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, adalah salah satu desa yang kaya akan sejarah dan tradisi. Pada awalnya, desa ini merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Karangasem. Dengan lokasi yang strategis di kaki timur Gunung Agung, daerah ini dahulu dikenal dengan nama Banjar Kedampal.
Pada abad ke-14, sejumlah pendatang mulai berdatangan ke wilayah ini. Mereka datang dari berbagai daerah di Bali untuk mencari perlindungan. Terdapat tiga kelompok utama pendatang di Desa Datah.
1. Mereka yang diusir karena melakukan pelanggaran di tempat asalnya.
2. Orang-orang yang sebenarnya tidak bersalah tetapi difitnah oleh masyarakat asal mereka.
3. Pendatang dengan latar belakang beragam, baik yang berbuat baik maupun tidak.
Desa Datah dipilih karena lokasinya yang terpencil, sehingga sulit dijangkau oleh pengejar mereka. Karena banyaknya pendatang ini, desa tersebut dikenal sebagai Desa Buangan.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk yang heterogen, mulai terjadi kekacauan di desa ini. Kekacauan tersebut muncul akibat kurangnya pemimpin yang mampu mengelola keberagaman penduduk. Ketika berita ini sampai kepada Raja Karangasem, desa ini diberi nama Desa Latah—sebuah istilah yang menggambarkan desa yang kerap menimbulkan gangguan di wilayah kerajaan.
Raja Karangasem kemudian meminta bantuan Raja Dalem Waturenggong dari Klungkung untuk mengatasi masalah tersebut. Raja Dalem Waturenggong menugaskan keluarga Arya Kanuruhan untuk memimpin dan mengembalikan ketertiban di Desa Datah.
Berkat kepemimpinan keluarga Arya Kanuruhan, situasi desa berangsur-angsur membaik. Sebagai penghargaan atas keberhasilan ini, nama desa diubah menjadi Desa Datah, dan keluarga Arya Kanuruhan diberi mandat untuk memimpin desa tersebut secara turun-temurun.
Pada awalnya, Desa Datah hanya memiliki satu desa adat yang berpusat di Banjar Kedampal. Namun, dengan perkembangan penduduk, dibentuklah desa adat kedua yang berpusat di ibu kota Desa Datah.
Hingga kini, Desa Datah memiliki dua desa adat, yaitu Desa Adat Kedampal dan Desa Adat Datah. Desa ini terdiri dari 14 banjar dinas, yaitu:
– Dusun Lebah
– Dusun Balegede
– Dusun Tindih
– Dusun Kelodan
– Dusun Tengah
– Dusun Bingin
– Dusun Tegallanglangan
– Dusun Karanganyar
– Dusun Karangsari
– Dusun Juwuk
– Dusun Wates
– Dusun Asah Dulu
– Dusun Kedampal
– Dusun Asah Teben
Hingga kini, Desa Datah tetap mempertahankan tradisi kepemimpinan yang diwariskan oleh keluarga Arya Kanuruhan. Kepemimpinan ini berlangsung selama masih mendapat kepercayaan dari masyarakat setempat. Desa Datah menjadi simbol bagaimana kerja keras dan kepemimpinan yang kuat mampu mengubah wilayah yang dulu kacau menjadi desa yang aman dan harmonis.
Desa Datah tidak hanya menyimpan sejarah panjang tentang perjuangan dan penyatuan masyarakat, tetapi juga menunjukkan pentingnya peran pemimpin lokal dalam menjaga ketertiban dan keharmonisan di tengah keberagaman. (TB)