Ketut Bimbo, yang memiliki nama asli Ketut Budiasa, adalah seorang musisi legendaris kelahiran Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng, pada tahun 1954. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam musik pop Bali yang mulai berkarya sejak tahun 1970-an. Lagu-lagunya tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat kritik sosial yang dibalut dengan humor satir, menjadikannya unik dan dicintai banyak orang.
Perjalanan karier Ketut Bimbo dimulai sebagai penyiar di Radio Massachuset, Singaraja, yang kini dikenal sebagai Radio La Baronk. Sebagai musisi, ia menciptakan lagu-lagu yang terinspirasi dari kisah nyata masyarakat Bali, seperti fenomena judi tajen (sabung ayam) dan mabuk minuman keras.
Pada tahun 1980, ia merilis album perdananya yang berjudul Buduh melalui label Aneka Record di Tabanan. Lagu-lagu dalam album tersebut, seperti “Buduh,” “Peteng-peteng Mekaca Selem,” dan “Mebalih Wayang,” segera mendapat tempat di hati para pendengar.
Selain di Aneka Record, Ketut Bimbo juga sempat merekam karya-karyanya di Bali Stereo dan Maharani Record. Popularitasnya terus menanjak berkat lagu-lagu yang berhasil menggambarkan realitas sosial dengan gaya yang menggelitik.
Namun, di balik kesuksesannya, Ketut Bimbo harus menghadapi tantangan berat dalam hidupnya. Memasuki usia senja, ia mulai mengalami gangguan penglihatan akibat diabetes yang dideritanya. Penyakit ini memaksanya untuk mundur dari dunia musik dan penyiaran, dan ia menjalani hari-harinya dengan sederhana di rumahnya yang terletak di depan Pura Puseh Desa Pakraman Banyuatis.
Ketut Bimbo berpulang pada Kamis, 29 April 2021, setelah bertahun-tahun berjuang melawan penyakit diabetes. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, terutama bagi para penggemar dan masyarakat Bali yang mengagumi karyanya. Meski telah tiada, karya-karya Ketut Bimbo tetap hidup sebagai warisan budaya yang menginspirasi generasi selanjutnya. (TB)