![]() |
Foto Kementerian Pariwisata |
Pura Sapto Argo Sido Langgeng merupakan salah satu pura yang berada di Dusun Sumbergondo, Desa Wisata Tulungrejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Pura ini menjadi simbol keberagaman dan penghormatan terhadap warisan leluhur Nusantara yang telah menganut Hindu sejak zaman dahulu.
Tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Hindu, pura ini juga menjadi daya tarik spiritual dan budaya karena keindahan arsitekturnya yang unik serta lokasinya yang strategis di atas bukit. Pura ini mengusung konsep arsitektur yang terinspirasi oleh tiga kerajaan besar di Nusantara, yaitu Majapahit, Kediri, dan Mataram Kuno.
Gapura pura dirancang menyerupai Candi Penataran, sebuah peninggalan sejarah dari masa kejayaan Majapahit dan Kediri. Sementara itu, pelinggih utama berbentuk candi menyerupai Candi Prambanan, lengkap dengan prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Bahkan, struktur utama pura ini memiliki ruangan kecil di dalamnya sebagai tempat menstanakan lingga dan yoni, yang melambangkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi.
Selain itu, pura ini menggunakan ornamen khas Jawa sebagai bentuk pengembangan kearifan lokal. Misalnya, Padmasana yang biasanya berbentuk khas Bali di sini diwujudkan dalam bentuk candi setinggi sekitar 9,7 meter. Hal ini menjadi salah satu ciri khas yang menghubungkan umat Hindu dengan tradisi Jawa.
Pura Sapto Argo Sido Langgeng memiliki areal yang luas, yaitu 21 are, yang dibagi menjadi tiga mandala: utama mandala, madya mandala (jaba tengah), dan nista mandala (jaba sisi). Di madya mandala, terdapat balai joglo yang dirancang dengan inspirasi dari tekstur joglo Kraton Yogyakarta.
Balai ini digunakan untuk kegiatan belajar Weda, mengingat kebutuhan umat Hindu Blitar akan pendidikan agama yang mendalam. Di sisi lain, di jaba sisi terdapat wantilan untuk kegiatan bersama, serta fasilitas tambahan seperti dapur dan kamar mandi.
Pembangunan Pura Sapto Argo Sido Langgeng dimulai sejak tahun 2013 dan berlangsung secara bertahap dengan gotong royong. Bantuan dari umat sedharma, termasuk dari umat Hindu di Bali, sangat membantu dalam merealisasikan proyek ini. Biaya pembangunan mencakup berbagai elemen, seperti pembuatan penyengker, balai joglo, dan fasilitas pendukung lainnya, yang semuanya dirancang dengan memadukan unsur budaya Hindu dan Jawa.
Lokasi pura yang berada di atas bukit memberikan panorama alam yang luar biasa. Saat upacara keagamaan berlangsung, seringkali terlihat fenomena unik yang dianggap sebagai tanda keajaiban spiritual, seperti sinar yang memancar dari kepala patung Ganesha setelah ritual abhiseka. Hal ini semakin menambah daya tarik pura sebagai tujuan spiritual umat Hindu dari berbagai daerah.
Pura ini diharapkan menjadi pusat metirtha yatra bagi umat Hindu di seluruh Indonesia. Dengan perpaduan keindahan alam, keunikan arsitektur, dan nuansa Hindu Jawa yang kental, Pura Sapto Argo Sido Langgeng tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pengingat akan kejayaan tradisi Hindu di tanah Jawa. (TB)