Persiapan untuk Nyepi saka 1947 tahun 2025 sudah dimulai. Dimana Nyepi tahun 2025 jatuh pada Sabtu, 29 Maret 2025.
Sehari sebelum Nyepi disebut dengan ngerupuk. Dan Ngerupuk ini identik dengan pawai ogoh-ogoh. Dan beberapa STT di Bali telah memulai membuat ogoh-ogoh yang telah menjadi budaya.
Berikut adalah 10 sketsa ogoh-ogoh yang dibuat STT untuk Nyepi tahun 2025 di Bali.
1. Kama Salah
Ogoh-ogoh karya STT Ayu Laksana, Desa Keramas, Gianyar.
Sinopsis:
Di saat Dewa Siwa memandang keindahan samudra, bimbang ragu hatinya, bangkit asmaranya, karena sejak Weton Wisnu, jauh dari rindu asmara. Sejak itulah baru bangkit keinginan untuk bersatu rasa dengan istrinya. Tetapi sayang Dewi Uma tidak menanggapinya, sebab rasa hati masih jauh untuk bersenggama. Namun Dewa Siwa berkeinginan keras, Dewi Uma dipegang, lalu dipangku & akan digaulinya.
Dewi Uma menolak & berkata mengingatkan. Dikatakannya Dewa Siwa kurang sabar dan agak kasar seperti raksasa, berbuat disembarang tempat, di atas punggung lembu. Dewi Uma mengharap agar Dewa Siwa lebih sabar, namun sumpah serapah Dewi Uma yang telah terucap bagaikan sumpah ampuh, sehingga seketika Sangyang Siwa bertaring seperti raksasa.
Karena tak kuasa menahan gairah & timbul amarahnya, Kama (benih) Dewa Siwa terlanjur keluar dan tumpah di samudra, menggelegar suaranya. Air samudra berdebur hebat, membual-bual seperti diaduk-aduk. Segera Beliau kembali ke Kahyangan. Air samudra masih hebat membual-bual, gegap gempita suaranya, menggemparkan para Dewa. Surga bagai diguncang, lalu disuruhnya para Dewa mencari penyebabnya. Setelah jelas, Para Dewa kembali melapor, bahwa yang menimbulkan huru-hara berasal dari dasar laut.
Mereka tidak dapat mendekat karena panas sinar seperti panas api. Dewa Siwa bersabda bahwa yang tampak bersinar itu disebut Kama Salah. Dan menyuruhnya untuk membinasakannya. Namun apa daya, mereka semua yang diperintahkan, tak sanggup membunuhnya. Bahkan Para Dewa lari kocar- kacir..tunggang langgang dikarenakan kuatnya Kama Salah ini. Sampai akhir kata, Dewa Siwa memberi wejangan kepada Kama Salah bahwa ia adalah putera dari Dewa Siwa. Kemudian ia diberi nama Batara Kala dan lalu disuruhnya untuk memematahkan taring nya agar bisa diakui sepagai putra Dewa Siwa.
2. Barong Swari
Sketsa Ogoh-Ogoh Banjar Pohgading, Ubung Kaja – Denpasar Utara Caka 1947
3. Adhyapaka Janma
Karya ST Asta Yowana Sari, Ubung Kaja, Denpasar. Adhyapaka Janma memiliki makna Guru tanah kelahiran. Dalam memaknai tema ini, kami mengambil visual Empas atau Labi-labi sebagai objek.
Hewan ini mengajarkan kita tentang bagaimana menjaga keseimbangan hidup yang disimbolkan kehidupan amfibial antara darat dan air sebagai simbol dunia material & spiritual yang harus berjalan secara seimbang bersamaan.
Sesuai dengan lokasi Banjar Umasari yang dikelilingi sungai tempatnya bernaung (Habitat) juga bisa disimbolkan sebagai perjalanan hidup manusia yang penuh dengan beragam arus. Disini kita diingatkan untuk tetap kuat & cerdas dalam menjalani kehidupan, seperti halnya Empas, bagaimanapun arus yang menerpa, dia bisa tetap survive dengan bersembunyi diantara bebatuan, pohon dsb secara tenang, hal ini juga bisa dikaitkan dengan simbol kebijaksanaan seekor Empas.
4. Numpek
Sketsa ogoh-ogoh ST Eka Pramana, Banjar Merta Rauh, Desa Dangin Puri Kangin, Denpasar. Ogoh-ogoh ini adalah pengingat, pengingat bagi kita semua, kita semua yang sudah mulai lupa atau mungkin ampah terhadap sebuah hal yang sejatinya harus kita pahami baik dari makna hingga esensi dari pelaksanaanya.
Numpek, Nampek, Tumampek yang memiliki arti Dekat yang dalam hal ini di maksudkan dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta. Tapi, Yakin hanya sebatas itu? Terlalu dangkal bukan? Sayangnya ini bukan hanya tentang satu makna, mari kita bedah hingga menemukan satu pemahaman yang selaras agar tidak menimbulkan banyak tafsir.
5. Tanghulun Sinukarta
Karya ST Yowana Dharma Wiguna, Banjar Tenten, Pemecutan Kelod, Denpasar. Pada tahun 2025 ini mengangkat cerita pewayangan, kisah penobatan 2 putra kembar berwujud raksasa, keturunan Prabu Patanam dari Kerajaan Dahulagiri. Mereka bernama Cingkarabala & Balaupata, yang dinobatkan sebagai Dewa Perlindungan berwujud raksasa kembar atas persetujuan Bhatara Guru. Mereka bertugas sebagai penjaga Gapura Kahyangan Suralaya (Kori Selametangkeb).
Sama halnya pada kepercayaan masyarakat bali, 2 tokoh penjaga pintu disebut sebagai Dwarapala, Dwara berarti “pintu” dan “Pala” berarti penjaga yang sering kita temui diarea depan pura, bangunan suci maupun rumah adat pada umumnya. Pada lakon cerita wayang purwa, 2 tokoh tersebut bernama Cingkarabala & Balaupata. Maka dari itu, setiap orang yang hendak memasuki suatu pekarangan wajib mengucapkan salam “Om Swastyastu” maupun “Nyelang Margi”. Sebagai tanda menghormati dan memuliakan keberadaan beliau sebagai penjaga.
Sehingga ogoh-ogoh tahun 2025 ini, kami beri judul “TANGHULUN SINUKARTA”. Pada Bahasa Sanskerta “Tanghulun” berarti Hamba dan “Sinukarta” berarti dihormati dan dimuliakan.
“Hamba Dihormati” : karena setiap orang yang hendak masuk ke suatu pekarangan, akan disambut oleh beliau, maka dari itu hormatilah keberadaan beliau dengan mengucapkan salam.
“Hamba Dimuliakan” : karena meskipun dirinya adalah sosok raksasa yang ganas dan rakus, namun ia dipercayakan oleh Bhatara Guru sebagai dewa perlindungan, untuk menjaga areal pintu masuk. Artwork by: @aryyca.
6. Aud Kelor
Karya ST Eka Yowana Giri, Banjar Jaya Giri, Dangin Puri Kelod, Denpasar.
7. Suciaran
Karya ST Brahmarya, Banjar Abiantimbul, Sanur, Denpasar.
8. Tuding Tujuh
Karya ST Yowana Samhita Dharma, Banjar Balun, Pemecutan Kaja, Denpasar.
9. Murkaning Andi Jembawan
Karya ST Suralaga, Banjar Wangaya Kelod, Denpasar.
10. Titi Ugal-agil
Karya STT Eka Dharma, Banjar Busung Yeh Kauh, Kelurahan Pemecutan, Denpasar.
Itulah 10 sketsa ogoh-ogoh untuk Nyepi saka 1947 tahun 2025. (TB)