![]() |
Foto Nyoman Mahayasa |
Desa Suwat, Gianyar, Bali, kembali meriahkan tradisi unik Perang Air dalam rangka Festival Air Suwat (FAS) ke-10 yang digelar pada Rabu 1 Januari 2025. Festival ini diikuti oleh sekitar 700 peserta, yang terdiri dari warga setempat dan wisatawan mancanegara. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membersihkan diri secara simbolis dan memperkuat ikatan persaudaraan antarwarga desa.
Dalam tradisi Perang Air, warga dan pengunjung saling menyiramkan air menggunakan ember dan gayung di sepanjang area desa. Festival ini juga merupakan ritual pembersihan jiwa di awal tahun.
Selain Perang Air, festival ini juga dimerihakan oleh berbagai pentas seni. Para seniman desa dan warga setempat menampilkan tari kreasi khas Desa Suwat, yang memukau para penonton. Tari kreasi ini menggambarkan kearifan lokal serta semangat gotong-royong yang menjadi ciri khas masyarakat Gianyar.
Festival Air Suwat, yang digelar setiap tanggal 1 Januari, telah menjadi salah satu daya tarik wisata utama di Gianyar. Tidak hanya sebagai ajang silaturahmi bagi warga desa, tetapi juga menarik wisatawan domestik dan internasional yang ingin merasakan langsung tradisi Bali yang autentik.
Keikutsertaan wisatawan dalam festival ini juga berdampak positif bagi perekonomian desa. Para pelaku usaha lokal, seperti pengrajin dan pedagang makanan tradisional, mendapatkan manfaat dari tingginya kunjungan wisatawan selama festival berlangsung.
Pemerintah Kabupaten Gianyar turut mendukung pelaksanaan festival ini sebagai upaya untuk mempromosikan pariwisata berbasis budaya yang dapat membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Suksesnya Festival Air Suwat ke-10 memberikan harapan agar tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi warisan budaya yang membanggakan bagi generasi mendatang. Festival ini tidak hanya menggambarkan keharmonisan manusia dengan alam, tetapi juga memperkuat identitas budaya Bali yang telah dikenal luas.
Jro Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya, menyampaikan bahwa Festival Air Suwat dirancang untuk memperkenalkan Desa Suwat sebagai destinasi wisata unggulan di Gianyar Utara. Wisatawan dapat merasakan pengalaman lebih dekat dengan desa melalui paket wisata yang memungkinkan mereka menginap di Suwat.
“Perang Air adalah bentuk syukur kami atas limpahan air yang membawa kesejahteraan. Selain untuk kehidupan sehari-hari, air di Suwat juga menjadi objek wisata yang memberikan pendapatan untuk desa. Festival ini bagian dari proses menuju kesejahteraan bersama,” ungkapnya.
Festival ini tidak hanya merayakan seni dan budaya, tetapi juga membawa dampak ekonomi yang signifikan. Keuntungan yang diperoleh dari objek wisata Suwat Waterfall sebesar Rp80 juta dibagikan kepada krama (warga) desa setelah festival. Setiap keluarga menerima bagian sebagai simbol kebahagiaan dan kesejahteraan bersama.
Meskipun Desa Suwat terletak di wilayah terpencil, buktinya festival ini mampu menarik perhatian wisatawan. “Keuntungan dari objek wisata kami bagikan kepada semua warga, termasuk anak-anak, agar semua dapat menikmati hasil dari usaha bersama ini,” tambah Ngakan Putu Sudibya. (TB)