Desa Kerambitan berada di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali. Keberadaan desa ini memiliki sejarah panjang yang terkait erat dengan perjalanan Kerajaan Tabanan.
Nama “Kerambitan” sendiri memiliki makna mendalam yang berakar dari peristiwa penting di masa lampau. Berikut adalah kisah singkat yang menjelaskan sejarah desa dan perkembangan desa ini.
Nama Kerambitan berawal dari usaha Raja Tabanan, Ida Cokorda Mur Pemade, untuk mencari lokasi baru setelah wilayah Kerajaan Tabanan mencapai kejayaannya. Sang raja adalah penguasa yang bijaksana, tetapi kebahagiaannya sempat terganggu karena belum dikaruniai putra sebagai pewaris tahta.
Setelah bertahun-tahun, lahirlah dua putra: Sirarya Ngurah Sekar dari seorang istri penawing dan Sirarya Ngurah Gede dari permaisuri kerajaan. Ketika Sirarya Ngurah Sekar dinobatkan sebagai penerus tahta, Sirarya Ngurah Gede memilih meninggalkan istana dan menetap di wilayah lain.
Setelah negosiasi panjang, ia diberikan setengah wilayah Kerajaan Tabanan untuk memimpin. Tempat yang dipilih untuk mendirikan pusat kekuasaannya berada di sebuah area yang, menurut pandita setempat, ditandai oleh kepulan asap. Wilayah itu kemudian dikenal sebagai “Kerawitan,” yang mengacu pada keindahan dan keanggunan tata letaknya. Nama ini perlahan berubah menjadi “Kerambitan.”
Puri Agung Kerambitan didirikan dengan tata kota yang rapi, dilengkapi jalan-jalan lurus dan pola permukiman terorganisir. Sungai Abe di timur dan Sungai Lating di barat menjadi penanda alam yang juga berfungsi sebagai jalur pertahanan dan sumber kemakmuran. Pada pertengahan abad ke-17, wilayah ini berkembang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sosial yang penting.
Wilayah sekitar Kerambitan diatur berdasarkan fungsi dan karakter masyarakatnya. Beberapa banjar seperti Banjar Wani, Banjar Pekandelan, Banjar Kukuh, dan Banjar Tengah menunjukkan pengelompokan masyarakat berdasarkan peran mereka. Pura Kahyangan Tiga pun didirikan untuk memenuhi kebutuhan spiritual warga.
Seiring waktu, wilayah Desa Kerambitan mengalami beberapa kali pemekaran. Pada tahun 2005, beberapa banjar dinas dimekarkan menjadi unit administratif baru, sehingga pada tahun 2006, Desa Kerambitan memiliki tujuh banjar dinas, yaitu Banjar Dinas Wani, Wani Kawan, Pekandelan, Kedampal, Tengah Kangin, Tengah, dan Tengah Kawan.
Kerambitan menjadi pusat perkembangan seni dan budaya, termasuk seni sastra, seni pertunjukan, dan seni rupa. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, desa ini juga berkontribusi besar dengan lahirnya tokoh-tokoh pejuang yang mempertahankan kedaulatan Indonesia. (TB)