Sejarah Kelurahan Tonja Denpasar, Berkaitan dengan Perjalanan Dalem Batu Ireng

Author:
Share
Sumber: website denpasar tourism
Kelurahan Tonja adalah salah satu wilayah administratif yang terletak di Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Berdasarkan data tahun 2016, jumlah penduduk Kelurahan Tonja mencapai 20.300 jiwa, dengan komposisi 10.217 laki-laki dan 10.083 perempuan. Dengan rasio jenis kelamin sebesar 101, wilayah ini menjadi salah satu pusat kehidupan masyarakat di Denpasar Utara.
Sejarah Desa Tonja erat kaitannya dengan sejarah Kerajaan Bali pada masa lampau. Catatan sejarah yang diambil dari Babad Dalem Batu Ireng serta Ilikita Desa Adat Tonja menyebutkan bahwa pada tahun Saka 1250, Bali dipimpin oleh Raja Sri Astasura Ratna Bhumi Banten, yang lebih dikenal dengan sebutan Dalem Batu Ireng. 
Pada masa pemerintahannya, Bali menghadapi ancaman dari Kerajaan Majapahit. Penolakan Raja Sri Astasura terhadap kekuasaan Majapahit membuat Raja Majapahit mengutus Patih Gajah Mada untuk menaklukkan Bali.
Dalam pertempuran tersebut, Dalem Batu Ireng terpaksa melarikan diri bersama pengikut setianya. Pelariannya membawa mereka ke berbagai wilayah di Bali, seperti Taro, Batuyang, Batubulan, hingga Taman Yang Batu. Dalam perjalanan ini, Dalem Batu Ireng mendapatkan perlindungan dari masyarakat setempat, termasuk Pasek Bendesa dan Pande.
Pada salah satu perjalanannya, Dalem Batu Ireng singgah di Desa Pagan (kini bagian dari wilayah Tonja) yang tengah melaksanakan upacara yadnya. Karena penampilannya yang lusuh dan wajahnya yang buruk rupa, ia hanya berada di bagian jaba tengah pura, tanpa mendekati area utama. 
Juru canang yang melihat penampilannya merasa terkejut dan ketakutan, lalu berteriak “Tonya” karena menganggap kehadirannya mengganggu jalannya upacara. Akibatnya, Dalem Batu Ireng diusir oleh I Gusti Ngurah Bongaya dan masyarakat setempat.
Merasa dihina dan diusir, Dalem Batu Ireng murka dan mengutuk wilayah tersebut. Ia mengutuk Desa Pagan agar menjadi tempat penuh konflik dan perselisihan. Setelah meninggalkan desa, dalam perjalanannya ke utara, ia tersandung (atau ketonjok) oleh sebuah batu di wilayah yang kini dikenal sebagai Banjar Tega. 
Batu tersebut kemudian dipastu (diberkati) oleh Dalem Batu Ireng dan menjadi cikal bakal nama Tonjaya, yang akhirnya berubah menjadi Tonja.
Kata “Tonja” diyakini berasal dari istilah “ketonjok” atau “tersandung”, yang merujuk pada pengalaman Dalem Batu Ireng saat melarikan diri. Peristiwa ini menjadi bagian penting dari sejarah Desa Tonja, yang menyimpan kisah tentang pelarian seorang raja, konflik dengan masyarakat setempat, serta transformasi nama yang melekat hingga kini. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!