![]() |
pixabay.com |
Kala Gotongan merupakan salah satu konsep penting dalam tradisi padewasan di Bali yang terkait dengan penentuan hari-hari baik dan buruk untuk melaksanakan upacara tertentu, terutama pitra yadnya (upacara kematian).
Dalam tradisi Bali, hari Kala Gotongan adalah hari yang ditentukan melalui perhitungan panca wara dan sapta wara yang menghasilkan bilangan empat belas secara berturut-turut.
Definisi Kala Gotongan
Kala Gotongan secara harfiah berarti “menggotong mayat”. Istilah ini menggambarkan kejadian dalam masyarakat Bali di mana kematian terjadi secara berturut-turut dalam waktu yang sangat berdekatan. Kejadian ini dianggap sebagai hal yang tidak wajar dan sering dikaitkan dengan kesalahan dalam pemilihan hari (padewasan) untuk melaksanakan upacara pitra yadnya.
Penentuan Hari Kala Gotongan
Untuk menentukan hari Kala Gotongan, kita perlu memahami ketentuan panca wara dan sapta wara serta jumlah urip (hidup) masing-masing. Berikut adalah rincian urip dari panca wara dan sapta wara:
Panca Wara:
1. Umanis (uripnya 5)
2. Paing (uripnya 9)
3. Pon (uripnya 7)
4. Wage (uripnya 4)
5. Kliwon (uripnya 8)
Sapta Wara:
1. Redite/Minggu (uripnya 5)
2. Soma/Senin (uripnya 4)
3. Anggara/Selasa (uripnya 3)
4. Buda/Rabu (uripnya 7)
5. Wrespati/Kamis (uripnya 8)
6. Sukra/Jumat (uripnya 6)
7. Saniscara/Sabtu (uripnya 9)
Contoh Penentuan Kala Gotongan
Misalnya, hari yang berturut-turut jatuh pada Sukra Kliwon, Saniscara Umanis, dan Redite Paing. Jumlah urip dari ketiga hari tersebut secara berturut-turut adalah empat belas, yang kemudian disebut sebagai Kala Gotongan. Berikut adalah kutipan dari Lontar Wariga Pangalihan yang menjelaskan hal ini:
“Malih mawasta dina, kala Gotongan, ring dina, Su, Ka, Sa, U, Ra, Pa, pada maurip, 14, tarugan, ika, nga, Kala Gotongan, napi malih yan nemu tang, pang, ping, 4, ping, 14. Nadyan semut sedulur, yan nemu, tang, pang, pada, ping, 3, muang, ping 13, ika ala paling dahat, dewasa tan keneng supat, aywa mapas dewasa ika.”
Terjemahan:
“Yang disebut hari Kala Gotongan, jatuh pada hari Jumat Kliwon, Sabtu Umanis, dan Minggu Paing yang mempunyai hitungan urip 14, tarugan namanya. Disebut Kala Gotongan, apalagi jatuh pada pinanggal (sehari setelah bulan mati), panglong (sehari setelah bulan penuh), dan juga semut sedulur, kalau jatuh pada pinanggal panglong, itu hari yang sangat buruk, hari yang tidak bisa dikembalikan menjadi suci/sangat kotor, jangan pernah melanggar dengan memakai hari-hari tersebut.”
Implikasi Kala Gotongan dalam Kehidupan Masyarakat Bali
Hari Kala Gotongan diyakini membawa pengaruh besar dalam pelaksanaan upacara pitra yadnya. Masyarakat Bali sangat berhati-hati dalam memilih hari untuk upacara penting ini karena percaya bahwa kesalahan dalam pemilihan hari dapat membawa dampak buruk, seperti kematian yang terjadi berulang kali dalam waktu singkat. Oleh karena itu, pemahaman dan perhitungan yang tepat mengenai Kala Gotongan sangat penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan memahami konsep Kala Gotongan dalam padewasan, masyarakat Bali dapat menjalani kehidupan dengan lebih bijaksana dan harmonis, serta menjaga tradisi dan kepercayaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Mematuhi aturan dan tradisi yang ada adalah cara untuk menghormati leluhur dan menjaga keseimbangan serta keharmonisan dalam kehidupan masyarakat. (TB)