Apa Itu Sastra Jendra? Diajarkan Resi Wisrawa kepada Dewi Sukesi

Author:
Share
Ilustrasi. Pixabay.com

Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu merupakan ajaran luhur yang berasal dari tradisi Jawa kuno. Konsep ini mengandung makna mendalam tentang upaya manusia untuk mencapai kesempurnaan diri dan harmoni semesta dengan meleburkan hawa nafsu serta sifat angkara murka. Diyakini bahwa individu yang berhasil menguasai ilmu ini akan mencapai tingkat spiritual yang tinggi, bahkan sejajar dengan para dewa.
Dalam kisah pewayangan, ajaran ini pertama kali diajarkan oleh Resi Wisrawa kepada Dewi Sukesi. Sastra Jendra bukan sekadar ilmu biasa, melainkan puncak dari ajaran spiritual yang mengungkap rahasia alam semesta serta perjalanan jiwa kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Individu yang memahami dan mengamalkan ajaran ini diharapkan mampu menjaga keseimbangan dunia, menghilangkan keserakahan, serta memperbaiki kehidupan di sekitarnya.
Dilansir dari berbagai sumber, secara etimologis, Sastra Jendra memiliki makna yang dalam. Kata “Sastra” mengacu pada ilmu atau ajaran tertulis, sedangkan “Jendra” merujuk pada sesuatu yang berhubungan dengan raja atau keilahian. “Hayuningrat” berarti keselamatan serta kesejahteraan dunia, sementara “Pangruwating Diyu” bermakna pelepasan dari sifat-sifat buruk yang dapat merusak jiwa manusia.
Ilmu ini sering kali disebut sebagai pengetahuan tertinggi yang tidak dapat dibandingkan dengan ilmu lain. Beberapa prinsip utama dalam ajaran Sastra Jendra antara lain:
– Ilmu Rahasia Semesta: Pemahaman tentang hakikat dunia yang berasal dari Tuhan.
– Pembebasan dari Segala Kekotoran: Upaya manusia untuk melepaskan diri dari segala bentuk nafsu dan angkara murka.
– Puncak Pengetahuan: Ilmu tertinggi yang hanya dapat dicapai oleh mereka yang benar-benar siap secara spiritual.
– Kebijaksanaan Luhur: Ajaran tentang bagaimana menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan.
Ajaran Sastra Jendra erat kaitannya dengan kisah pewayangan, terutama dalam cerita tentang Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi. Dikisahkan bahwa Prabu Sumali, ayah Dewi Sukesi, mengadakan sayembara bagi siapa saja yang dapat menjelaskan makna ajaran ini dengan benar. Begawan Wisrawa akhirnya memenangkan sayembara tersebut dan diizinkan menikahi Dewi Sukesi setelah menjabarkan ilmu tersebut dalam pertemuan tertutup.
Namun, karena ilmu ini begitu sakral, kehadiran Batara Guru dan Dewi Uma ikut campur dalam penyampaiannya. Dalam peristiwa ini, terjadi persatuan antara Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi, yang kemudian melahirkan keturunan yang memiliki pengaruh besar dalam pewayangan, termasuk Rahwana. Kisah ini menjadi simbol bahwa ilmu yang begitu tinggi hanya dapat diwariskan kepada mereka yang benar-benar siap menerimanya, serta bagaimana konsekuensi besar dapat terjadi jika ilmu tersebut jatuh ke tangan yang salah.
Sastra Jendra bukan sekadar ilmu pengetahuan biasa, melainkan ajaran spiritual yang menuntun manusia menuju kesempurnaan. Ilmu ini mengajarkan keseimbangan, kebijaksanaan, serta pelepasan dari hawa nafsu yang merusak. Dalam konteks kehidupan modern, pemahaman akan ajaran ini dapat menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan dengan lebih bermakna dan harmonis. Bagi mereka yang benar-benar berusaha meraih kesadaran spiritual, Sastra Jendra menjadi kunci dalam perjalanan menuju ketenangan dan kebijaksanaan sejati. (TB)
   

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!