Yadnya Sesa atau lebih dikenal dengan sebutan Mebanten Saiban merupakan salah satu tradisi sakral yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali setiap hari. Tradisi ini mencerminkan ajaran kesusilaan Hindu yang menekankan sikap tidak mementingkan diri sendiri (anersangsya) dan mendahulukan kepentingan orang lain (ambeg para mertha). Yadnya Sesa dilakukan dengan memberikan persembahan sederhana berupa makanan setelah selesai memasak.
Makna dan Tujuan Yadnya Sesa
Pelaksanaan Yadnya Sesa bertujuan sebagai wujud syukur atas apa yang diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Persembahan ini bukan hanya untuk menghubungkan diri dengan Tuhan, tetapi juga dengan manifestasi-Nya, makhluk ciptaan-Nya, dan alam semesta. Dengan melakukan Yadnya Sesa, umat Hindu Bali berusaha mencapai kesucian jiwa dan kehidupan yang harmonis dengan alam sekitar.
Sarana Banten Saiban
Banten Saiban adalah persembahan sederhana yang biasanya dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi, garam, dan lauk pauk yang sesuai dengan masakan hari itu. Tidak ada keharusan untuk menyertakan lauk tertentu.
Yadnya Sesa yang sempurna dilakukan dengan dipercikkan air bersih dan disertai dupa menyala sebagai saksi dari persembahan tersebut. Namun, dalam kondisi sederhana, Yadnya Sesa dapat dilakukan tanpa air dan dupa.
Tempat Menghaturkan Saiban
Yadnya Sesa dihaturkan di lima tempat penting sebagai simbol dari Panca Maha Bhuta (lima unsur alam):
1. Pertiwi (Tanah): Ditempatkan pada pintu keluar rumah atau halaman.
2. Apah (Air): Ditempatkan pada sumur atau tempat penyimpanan air.
3. Teja (Api): Ditempatkan di dapur, pada tempat memasak atau kompor.
4. Bayu: Ditempatkan pada beras atau tempat nasi.
5. Akasa: Ditempatkan pada tempat sembahyang seperti pelangkiran atau pelinggih.
Menurut Manawa Dharmasastra, tempat-tempat yang disebutkan adalah lokasi di mana keluarga sehari-hari melakukan Himsa Karma, yaitu pembunuhan makhluk hidup secara tidak sengaja. Dengan menghaturkan Yadnya Sesa di tempat-tempat tersebut, dosa-dosa yang terjadi saat mempersiapkan hidangan sehari-hari bisa dihapuskan.
Proses Pelaksanaan Yadnya Sesa
Yadnya Sesa dilaksanakan tiap hari pada pagi atau siang hari, dan sore hari. Sesajen yang disiapkan terdiri dari banten pekidih atau jotan sesuap nasi lengkap dengan lauk pauknya yang mungil. Tiga tempat persembahan yang wajib adalah halaman merajan (sanggah), halaman rumah, dan penunggu karang atau pintu utama. Persembahan ini ditujukan kepada:
– Sang Bhuta Bucari: Di halaman sanggah (natar sanggah).
– Sang Kala Bucari: Di halaman rumah (natar rumah).
– Sang Durgha Bucari: Di depan pintu keluar (lebuh).
Air dan dupa harum juga menjadi perlengkapan penting dalam Yadnya Sesa. Sebelum menghaturkan segehan, air harus dituangkan sedikit terlebih dahulu, kemudian segehan dipersilakan dengan asap dupa harum dan doa.
Mantra yang Digunakan
Berikut adalah mantra yang digunakan saat menghaturkan Yadnya Sesa:
– Di natar sanggah: “Ratu Sang Bhuta Bucari, manusanira angaturaken segehan.”
– Di natar rumah: “Ratu Sang Kala Bucari, manusanira angaturaken segahan.”
– Di muka pintu keluar pekarangan: “Ratu Sang Durgha Bucari, manusanira angaturaken segehan.”
Pentingnya Yadnya Sesa
Yadnya Sesa merupakan tradisi penting yang mencerminkan nilai-nilai luhur dan ajaran agama Hindu. Tradisi ini harus dilaksanakan dengan pikiran yang suci, bersih, dan tulus ikhlas. Yadnya Sesa bukan hanya sebagai bentuk syukur, tetapi juga sebagai cara untuk memastikan keselamatan dan ketentraman keluarga.
Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat Bali menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia, serta mewariskan nilai-nilai budaya yang luhur kepada generasi mendatang. (TB)