Sumber Foto: penglumbaran.desa.id |
Penglumbaran
merupakan nama salah satu desa yang masuk wilayah di kecamatan Susut, Kabupaten
Bangli, provinsi Bali. Adapun luas dari wilayah desa ini yakni 4,84 km.
Sementara dari sensus tahun 2010, penduduk desa Penglumbaran terdiri dari 723
Kepala Keluarga. Lalu bagaimanakah dengan asal-usul lahirnya desa ini?
Dilansir
dari website Desa Penglumbaran,
terkait dengan pemberian nama Desa Penglumbaran sampai sekarang masih belum
diketahui asal-usulnya. Akan tetapi secara leksikal Penglumbaran berakar kata Umbar
atau Mengumbar yang artinya memberikan lepas disuatu tempat atau daerah
binatang ternak. Jadi Penglumbaran berarti tempat atau daerah pengembala
ternak atau daerah yang sangat cocok untuk pemeliharaan ternak.
Berdasarkan
“Pepakem Bangli”, pemberian nama Desa Penglumbaran pada mulanya adalah untuk
menyebut sebuah daerah sebagai tempat pengembalaan kerbau. Ternak kerbau yang
dipelihara itu merupakan sisa dari keperluan upacara di Pura Kehen Bangli.
Adapun batas areal dari pemeliharaan ternak kerbau tersebut adalah batas
utaranya sampai SD 1 Tiga. Sekarang dimana pada batas utara areal peternakan
tersebut dibuatan sengkedan yang menunjang dari barat ke timur sampai di tepi sungai
disebelah timur Dusun Tiga untuk menghidari agar kerbaunya tidak pergi ke utara.
Sedangkan
batas selatannya adalah sampai pada sebelah utara Pura Dalem Penglumbaran
Kawan, disana dibuatkan pagar dari barat sampaik ke timur untuk menghidari agar
kerbaunya lewat ke selatan areal tersebut. Sepenuhnya adalah milik Kilian
Bangli Penglumbaran yang dimaksud pada waktu itu adalah masih jadi satu antara
Penglumbaran Kawan dengan Penglumbaran Kangin dan Penglumbaran Anyar
(Desa Tiga).
Sebagai
bukti historis yang masih ada sampai sekaran adalah adanya Pura Penyungsungan
yang terdapat di tepi selatan Jalan Dusun Tiga Kangin wilayah Desa Tiga. Konon
tempat tersebut merupakan tempat pemujaan Dewi Ludra agar ternak yang
dipelihara disana dapat hidup dan berkembang biak dengan baik. Dibuatkannya
daerah peternakan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan memelihara kerbau untuk
kepentingan upacara di Pura Kehen, selanjutnya tadisi tersebut sudah mulai
sejak Pemerintahan Raja Bangli yang pertama yang bernama I Dewa Gede Den
Bencingah .
Menurut
Buku sejarah Bali yang diterbitkan oleh Departemen Agama Hindu Propinsi Daerah
Tingkat I Bali, Kerajaan Bangli diperkirakan berdiri tahun 686 (abad ke-17) setelah
runtuhnya Kerajaan Gelgel. Daerah Peternakan ini mulai berakhir pada waktu
Kerajaan Bangli diperintah oleh I Dewa Gede Taman, karena sudah mulai dengan
cara mudah untuk mencari Kerbau guna kepentingan Upacara.
Selanjutnya
dilakukan pembagian wilayah desa oleh Raja Bangli yakni I Dewa Gede Taman. Daerah
peternakan ini kemudian dijadikan sebuah desa yang terdiri dari delapan banjar
adat. Dari 8 desa/banjar adat tersrbut, kenyataannya sekarang hanya terdapat 8 banjar
dinas dan 7 desa/banjar adat.
Adapun
yang pernah menjabat Pimpinnan/Perbekel/Kepala Desa Penglumabran dari tahun
1946 sampai sekarang adalah Ida Kakiang Gunung, Ida Aji Lempung, Ida Aji Gunung,
Ida Bagus Benceng, I Wayan Rantun. (TB)