![]() |
Ist |
Seorang
putra Bali yang kreatif dan memiliki jiwa seni tinggi berhasil meraih gelar
doktor. Gelar tersebut ia peroleh dari hasilnya bergulat dengan Wayang Ental
Tiga Dimensi. Ia adalah I Gusti Made Darma Putra, S.SN, M.SN yang meraih
jenjang doktor seni.
Darma
Putra merupakan tenaga pengajar non PNS di Prodi Pedalangan ISI Denpasar. Ia berhasil
mempertahankan desertasinya yang mengangkat judul “Teater Tanpa Tepi: Refleksi
Pengembaraan Diri”, dalam Ujian Hasil Penelitian Desertasi Terbuka Program Studi Seni, ISI Denpasar, Selasa 19 Juli 2022 di Ruang TV
dan Film Lantai III, Kampus ISI Denpasar.
“Jadi
wayang ental yang saya ciptakan ini kmenjadi roh cikal bakalnya, dimana
yang menjadi sumber kreatifnya itu
adalah Segara Tanpa Tepi. Kemudian saya angkat dalam penelitian desertasi
saya,” kata putra dari I Gusti Raka Bawa dan Desak Made Sri Adi yang juga
seniman dalang asal Banjar Temacun, Desa Adat Kuta, Badung.
Judul
karya Teater Tanpa Tepi: Refleksi Pengembaraan Diri merupakan sebuah karya seni
yang merespon fenomena kurangnya ‘batasan’ dalam diri masyarakat masa kini.
Melihat fenomena tersebut, dirinya pun teringat dengan salah satu idiom
kearifan lokal Bali yaitu segara tanpa tepi yang mampu menjadi pedoman
kehidupan masa kini dan untuk membentuk perilaku manusianya.
Darma
Putra merupakan sosok yang piawai mendalang sejak kecil. Suami dari Ni Nyoman
Andra Kristina Susanti, menambahkan, Teater Tanpa Tepi merupakan sebuah teater
dengan konsep garap baru yang menyajikan multinarasi dengan alur cerita yang
saling bersambung.
Mengishkan
tentang sebuah sebab dan akibat, Teater Tanpa Tepi ini tidak berangkat dari
struktur cerita baku. Namun dari esensi dasar cerita yang dituju sehingga
melahirkan nuansa baru seperti penokohan dengan berbagai karakter baru serta
alur dan struktur yang terbentuk melalui penjelajahan imajinasi.
Teater
Tanpa Tepi kemudian memformulasikan untaian kata-kata dari setiap makna serta
filosofi yang terkandung dalam idiom kearifan lokal Bali yang diangkat
menggunakan penggayaan matutur tembang dengan saling bersautan sebagai
interpretasi Ileh yang merupakan salah satu prinsip dasar Teater Tanpa Tepi. “Terakhir
penggunaan lingkungan secara total sebagai panggung dalam Teater Tanpa Tepi
sehingga pemain dan penonton tidak memiliki batas dalam menyajian dan menikmati
Teater Tanpa Tepi,” katanya.
Promotor
, Prof. Dr. I Nyoman Sedana
mengapresiasi lahirnya doktor di Prodi pedalangan ISI Denpasar. Prof. Sedana menyebut sebuah prestasi Prodi
Pedalangan ISI Denpasar melahirkan doktor pertama di kampusnya sendiri. “Pengembangan
ilmu di ISI Denpasar harus memberikan kontribusi bagi masyarakat dan negara,
kedepan hasil karya Darma Putra seperti Wayang Ental bisa ditampilkan di
berbagai tempat baik di dalam negeri maupun luar negeri,” kata Prof. Sedana
usai sidang berlangsung.
Prof.
Sedana yang juga budayawan ini
mengingatkan lahirnya karya-karya baru seperti wayang ental agar segera
mendapat perlindungi melalui HAKI. Hal ini jangan sampai dikemudia hari ada pengklaiman
oleh negara lain. “Untuk itu, saya berharap kepada Darma Putra untuk segera
mendaftarkan Wayang Ental agar memiliki hak cipta, ini penting agar tidak ada
pihak lain yang mengklaimnya,” saranya.
Sidang
ujian promosi doktor yang dipimpin Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana
beserta tiga pembimbing serta delapan penguji menyatakan menerima disertasi I Gusti
Made Darma Putra serta dinyatakan lulus dengan predikat pujian.
Dr.
I Gusti Made Darma Putra, S.SN, M.SN,
meraih nilai 91,5 ( A) dengan IPK 3, 95. Hingga kini ISI Denpasar telah menelorkan 5
doktor seni sejak dibukanya program S3. (TB)