Lahir pada 2 Maret 1963 di Desa Tajun, Bali Utara, Gede Prama telah menjelma menjadi figur inspiratif yang dikenal luas sebagai pembimbing spiritual, penulis, motivator, serta pengajar meditasi.
Sosoknya tak hanya dikenal di tanah kelahirannya, namun juga di panggung internasional.
Perjalanan hidupnya dimulai dari dunia korporasi yang gemerlap, lalu bertransformasi menjadi perjalanan batin yang mendalam setelah menghadapi berbagai pukulan emosional dalam hidup.
Gede Prama menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dan berhasil meraih gelar Master of Arts dalam Ilmu Perilaku Manusia dari Lancaster University, Inggris.
Ia juga sempat mengikuti pendidikan manajemen tingkat atas di INSEAD, Fontainebleau, Prancis pada tahun 1993.
Dalam dunia profesional, kariernya terbilang cemerlang: ia pernah menjabat sebagai dosen MBA di Universitas Prasetiya Mulya, hingga menjadi CEO di perusahaan besar pada usia 38 tahun.
Namun, titik balik hidupnya terjadi ketika ia kehilangan tiga orang tercinta secara beruntun—ayah, ibu, dan ibu mertuanya—disusul dengan tekanan berat di tempat kerja.
Peristiwa bom Bali tahun 2002 semakin memperdalam kesadarannya akan makna hidup.
Walau tidak ada anggota keluarganya yang menjadi korban, tragedi ini mengguncang batinnya hingga memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan menetap kembali di Bali bersama keluarga.
Tahun 2008 menjadi babak baru dalam hidup spiritualnya.
Ia melakukan perjalanan ke India untuk berguru langsung kepada Yang Mulia Dalai Lama.
Dalam pertemuan yang menyentuh, Dalai Lama menyampaikan pesan sederhana namun mendalam: “Jika harus memilih antara agama dan menyayangi orang, pilihlah menyayangi orang.”
Pesan itu menjadi fondasi dari semua ajaran Gede Prama hingga kini.
Mengambil peran sebagai pelayan kedamaian, Gede Prama membangun Ashram Avalokiteshvara di pegunungan Bali Utara.
Di sana, ia secara konsisten membimbing sesi meditasi yang terbuka untuk umum, tanpa memungut biaya.
Dalam misi sosialnya, ia bersama komunitas Keluarga Compassion juga melakukan reboisasi dengan menanam pohon di lahan seluas 20 hektar untuk menjaga keseimbangan alam.
Tak hanya itu, pelayanannya juga menjangkau banyak kalangan melalui berbagai pusat layanan gratis seperti P3A (bagi anak berkebutuhan khusus), P3B (untuk pencegahan bunuh diri), dan P3C (untuk membantu pasangan yang menghadapi perceraian).
Semua layanan ini tersedia melalui sambungan telepon 24 jam dan secara daring.
Dengan lebih dari seratus buku, ribuan artikel, dan puluhan karya audio yang telah dibagikan ke publik, Gede Prama terus menyebarkan pesan cinta kasih, kedamaian, dan welas asih.
Dari Bali Utara, suaranya menggaung hingga ke berbagai belahan dunia, menginspirasi jutaan jiwa untuk hidup lebih damai dan penuh makna. (TB)
Sumber Foto: Instagram @gentakedamaian